Bisnis.com, JAKARTA - Emiten unggas, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) menyampaikan telah menyiapkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp2 triliun pada 2024 untuk mendukung sejumlah rencana ekspansi perseroan.
Kepala Divisi Pengawasan Keuangan JPFA Erwin Djohan mengatakan, besaran capex perseroan masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, dan kali ini fokus perseroan adalah untuk ekspansi memperbesar kapasitas produksi di sektor hilir.
"Besaran capex kami tahun ini Rp2 triliun, masih sama dengan tahun 2022 dan 2023, di dalam capex tersebut akan ada alokasi signifikan untuk ekspansi kenaikan produktivitas dan produksi di sektor hilir," ujar Erwin dalam paparan publik pada Rabu (3/4/2024).
Adapun, beberapa upaya strategis yang dilakukan JPFA dalam memperkuat segmen hilirnya yaitu melakukan ekspansi dan pengembangan pasar, khususnya pada daerah-daerah yang masih memiliki potensi pasar yang besar.
Selain itu, perseroan memperluas distribusi penjualan produk dengan melakukan penetrasi ke pasar tradisional. Hal ini sejalan dengan sinergi yang dilakukan dengan menggabungkan distribusi produk-produk olahan.
JPFA juga akan melakukan berbagai program promosi untuk menjaga loyalitas konsumen. Menurutnya, langkah ini membuahkan hasil yang cukup baik, sebab perusahaan dapat mempertahankan pangsa pasar di tengah persaingan yang makin tajam dan pasar yang cenderung stagnan.
Baca Juga
Kendati demikian, dia mengatakan kinerja perseroan pada 2023 menghadapi sejumlah tantangan, seperti kelangkaan bahan baku hingga fluktuasi harga day old chicken (DOC) atau anak ayam umur sehari akibat adanya oversupply atau kelebihan pasokan.
Menurutnya, kondisi perekonomian global sepanjang 2023 juga diwarnai sejumlah ketidakpastian, seperti berlanjutnya konflik Rusia–Ukraina, melonjaknya tingkat suku bunga acuan dan tingkat inflasi yang masih cukup tinggi telah membuat pertumbuhan ekonomi global kembali melambat.
"El Nino yang melanda Indonesia juga mengakibatkan berkurangnya pasokan jagung lokal sebagai bahan baku utama pakan ternak, sehingga menyebabkan lonjakan harga yang cukup tinggi. Di lain pihak, pemerintah masih mempertahankan kebijakan pelarangan impor jagung ke Indonesia," jelasnya.
Oleh sebab itu, dia mengatakan perseroan akan berhati-hati dalam mengalokasikan capex dan juga dalam pemasaran untuk menghindari meningkatnya risiko piutang usaha.
Menilik kinerja keuangannya, laba bersih JPFA merosot 34,52% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp929,71 miliar pada 2023, dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp1,41 triliun.
Pada saat bersamaan, penjualan neto JPFA justru naik 4,5% ke posisi Rp51,17 triliun hingga 31 Desember 2023, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp48,97 triliun. Penjualan lokal sebesar Rp50,28 triliun, sedangkan ekspor Rp889,98 miliar.
Secara terperinci berdasarkan segmen, pendapatan JPFA ditopang dari pakan ternak sebesar Rp33,29 triliun, diikuti segmen peternakan komersial sebesar Rp24,88 triliun, pengolahan hasil peternakan dan produk konsumen sebesar Rp7,90 triliun.
Selanjutnya, segmen pembibitan unggas berkontribusi sebesar Rp6,49 triliun, diikuti budidaya perairan sebesar Rp4,58 triliun, dan perdagangan lain-lain sebesar Rp3,55 triliun. Pendapatan itu dikurangi biaya eliminasi sebesar Rp29,53 triliun.