Bisnis.com, JAKARTA — Perjanjian dagang bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) dinilai bisa menjadi katalis positif bagi emiten unggas seperti PT Charoen Pokhpand Indonesia Tbk. (CPIN) hingga PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA).
Adapun, Indonesia sepakat untuk mengimpor produk dari AS tanpa dikenai tarif. Perjanjian itu sepaket dengan komitmen Indonesia mengimpor produk pertanian (kedelai, bungkil kedelai, gandum dan kapas) senilai US$4,5 miliar dari AS.
Analis pasar modal Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi menilai kebijakan tersebut akan menjadi katalis positif bagi kinerja fundamental emiten-emiten unggas di Indonesia.
"Kami melihat pengenaan tarif 0% untuk impor produk pertanian, khususnya bungkil kedelai akan berdampak positif pada kinerja emiten poultry karena akan menurunkan biaya pokok produksi. Karena saat ini Indonesia masih bergantung bungkil kedelai dari Argentina dan Brasil, sehingga risiko pasokan dapat berkurang," kata Oktavianus kepada Bisnis, Rabu (6/8/2025).
Baca Juga : Deal, RI Dapat Tarif Impor 0% Tembaga dari AS |
---|
Adapun beberapa emiten perusahaan unggas dalam semester I/2025 tercatat mengalami kenaikan beban produksi. Misalnya, total biaya produksi PT Charoen Pokhpand Indonesia Tbk. (CPIN) naik 3,02% YoY dari Rp27,12 triliun menjadi Rp27,94 triliun. Dari komponen ini, bahan baku yang digunakan tumbuh 2,93% YoY dari Rp23,03 triliun menjadi Rp23,70 triliun.
Sementara itu, biaya produksi PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) dalam semester I/2025 tumbuh 1,60% YoY dari Rp5,60 triliun menjadi Rp5,69 triliun. Bahan baku menyumbang Rp5,12 triliun, tumbuh 1,05% YoY dari Rp5,07 triliun pada semester I/2024.
Kondisi berbeda ditunjukkan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA). Total produksi JPFA dalam semester I/2025 terkoreksi 0,30% YoY dari Rp22,25 triliun menjadi Rp22,19 triliun. Dari angka ini, bahan baku juga turun 2,77% YoY dari Rp18,19 triliun menjadi Rp17,69 triliun.
Kiwoom Sekuritas melihat kinerja emiten unggas pada kuartal II/2025 cenderung melemah seiring dengan turunnya harga broiler dan DoC (anak ayam berusia satu hari). Meski demikian, dari segmen bisnis pakan masih menjadi penopang kinerja utama di tengah kenaikan harga rerata jagung, sedangkan harga bungkil kedelai turun 3% secara kuartalan (QoQ) ke level $360 per ton.
Oktavianus mencontohkan segmen bisnis pakan tersebut menjadi penopang kinerja CPIN dalam semester I/2025. Selama enam bulan pertama 2025, penjualan pakan CPIN tumbuh 19,30% YoY dari Rp7,69 triliun menjadi Rp9,17 triliun. Sedangkan penjualan DoC tumbuh 31,22% YoY dari Rp1,01 triliun menjadi Rp1,33 triliun.
Sementara untuk JPFA, penjualan pakan ternak terkoreksi 2,27% dari Rp7,40 triliun menjadi Rp7,23 triliun. Dalam periode ini, penjualan peternakan komersial yang menjadi kontributor utama terkoreksi 6,80% YoY dari Rp11,61 triliun menjadi Rp10,82 triliun.
Dengan mempertimbangkan kondisi di sektor riil tersebut, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan beli untuk JPFA dengan target harga Rp2.330, sedangkan rekomendasi beli di CPIN dengan target harga Rp5.400.
Pada penutupan perdagangan Rabu (6/8/2025), saham CPIN turun 1,70% menjadi Rp4.620. Dalam perdagangan, 7,12 juta saham CPIN diperjualbelikan dengan nilai transaksi Rp33,11 miliar. Secara tahunan, saham CPIN terkoreksi 2,94% YtD.
Berdasarkan data Bloomberg Terminal, sebanyak 22 dari 23 analis merekomendasikan untuk beli CPIN, dengan target harga mencapai Rp6.004 per saham dalam 12 bulan ke depan. Target harga tersebut mencerminkan potensi imbal hasil sebesar 27,8%.
Sementara itu, saham JPFA di penutupan perdagangan turun 1,82% menjadi Rp1.620. Sedangkan, secara year to date (YtD) JPFA terkoreksi 16,49%. Sebanyak 26 analis merekomendasikan beli untuk JPFA, dengan target harga mencapai Rp2.302,94 dalam 12 bulan ke depan. Target tersebut mencerminkan potensi imbal hasil sebesar 39,6%.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.