Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Passive Income Aset Kripto via Imbal Hasil Staking dan Yield Farming, Apa Itu?

Bukan cuma keuntungan trading, ekosistem aset kripto memungkinkan investor mendapat pendapatan pasif lewat metode yield farming atau staking.
Ilustrasi aset kripto Bitcoin, Ether, dan Altcoin/Istimewa
Ilustrasi aset kripto Bitcoin, Ether, dan Altcoin/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Ladang investasi di dunia kripto bukan sekadar terbatas pada aktivitas trading. Berbagai protokol Decentralized Finance (DeFi) telah membuka jalan yang memungkinkan para investor meraih keuntungan alternatif yang bisa menjadi passive income.

Saat ini, para investor kripto di Indonesia pun tengah berada dalam tren pemanfaatan protokol DeFi yang terbilang lebih baik ketimbang negara lain, berdasarkan catatan The 2023 Geography of Cryptocurrency Report besutan Chainalysis yang terbit pada akhir tahun lalu. 

Indonesia masuk peringkat ke-7 dari 155 negara soal indeks adopsi kripto secara umum. Hanya di bawah India, Nigeria, Vietnam, AS, Ukraina, dan Filipina secara berturut-turut.

Indonesia pun terbilang unggul dari aspek DeFi value received ranking dan Retail DeFi value received ranking, di mana keduanya berada di peringkat ke-5 dari 155 negara. 

Pintu Academy membenarkan bahwa dalam dunia kripto yang penuh volatilitas, mencari keuntungan jangan hanya terbatas pada trading.

Pemanfaatan protokol DeFi juga bisa menjadi ladang cuan, misalnya dengan mendapatkan bunga dari aktivitas yield farming dan staking, atau dari produk-produk ekosistem kripto yang konsepnya serupa deposito perbankan di dunia nyata.

"Dengan beragam pilihan untuk mendapatkan bunga dari aset kripto, investor kini memiliki lebih banyak strategi untuk memaksimalkan keuntungan mereka di pasar kripto. Memilih metode yang sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan individu adalah kunci untuk memanfaatkan peluang ini secara optimal," ungkap tim Pintu Academy, dikutip Selasa (26/3/2024).

Metode pertama, yaitu yield farming, di mana merupakan metode meminjamkan aset kripto kita ke platform DeFi, kemudian mendapatkan bunga sebagai imbalannya. 

Kurang lebih konsepnya mirip seperti praktik perbankan tradisional. Investor yang melakukan yield farming berperan sebagai penyedia likuiditas dan diharuskan mengunci aset tersebut ke dalam kolam likuiditas (liquidity pool). Nantinya, dana itu diputar oleh platform DeFi terkait sesuai kebutuhannya.

Berikutnya, metode staking merupakan proses penguncian aset kripto untuk mendukung operasi dan keamanan blockchain, khususnya pada blockchain yang menggunakan mekanisme proof-of-stake (PoS). 

"Dengan melakukan staking, pengguna dapat memperoleh imbalan berupa bunga dari aset yang mereka staking. Seperti fitur PTU Staking yang dimiliki aplikasi PINTU yang dapat memberikan imbalan hingga 14% per tahun," tambahnya.

Perbedaan utama antara yield farming dengan staking adalah kompleksitas dan risikonya. Aktivitas yield farming lebih kompleks. Sebaliknya, staking terbilang lebih mudah dan minim risiko, tetapi imbalannya lebih kecil. 

Sebagai contoh, investor yang melakukan yield farming perlu memilih sendiri platform DeFi yang akan dituju, beserta token yang dibutuhkan. 

Misalnya, dalam platform Compound, di mana merupakan platform pinjam-meminjam berbasis jaringan Ethereum, investor yang melakukan yield farming akan mendapat imbalan berupa aset kripto yang disimpan di kolam likuiditas, serta mendapatkan token COMP yang bisa diperdagangkan.

Begitu juga dengan platform DeFi bertajuk Aave yang diatur oleh pengguna token AAVE yang konsepnya mirip-mirip dengan Compound, di mana memungkinkan imbal hasil bagi para investor yang melakukan yield farming, berkat kesediannya membantu kelancaran aktivitas di dalam platform terkait.

Ada juga aktivitas yield farming dengan menjadi penyedia likuiditas di bursa desentralisasi (DEX), seperti Uniswap atau PancakeSwap. Investor bisa mendapatkan sebagian fee atas aktivitas transaksi di platform terkait, serta mendapatkan imbalan token UNI atau CAKE. 

Sementara itu, untuk yang tertarik dengan staking, beberapa platform populer, contohnya Ethereum dengan token ETH atau Solana dengan token SOL. Investor hanya perlu memilih staking pool tujuan dan kemudian mengunci asetnya pada periode waktu tertentu. 

Nantinya, aset yang di-staking atau dikunci tersebut akan dipinjam oleh jaringan terkait untuk kebutuhan jaringan. Sebagai imbalan, investor akan langsung mendapatkan bunga yang dikirim ke dompet masing-masing.

Terakhir, ada juga alternatif pendapatan pasif selain dari yield farming dan staking, yaitu dari platform aset kripto menawarkan program earn yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan bunga dari penyimpanan aset kripto. 

"Program earn ini serupa dengan rekening tabungan, di mana pengguna bisa menyetor aset kripto dan mendapatkan bunga majemuk. PINTU menjadi salah satu yang menawarkan program tersebut lewat fitur Pintu Earn," ungkap Pintu Academy.

Skema ini menawarkan fleksibilitas lebih dengan bunga yang dibayarkan secara harian atau bahkan per jam, seringkali dengan rate yang lebih tinggi dibanding rekening tabungan konvensional. 

Program earn pun memungkinkan pengguna mendapatkan bunga dari penyimpanan aset kripto. Fitur ini dirancang untuk memberikan keamanan dan kemudahan bagi pengguna, baik itu untuk penyimpanan aset dalam jangka pendek atau panjang, sambil mendapatkan pendapatan pasif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper