Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka naik ke level Rp15.715 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (20/3/2024). Penguatan rupiah terhadap dolar AS terjadi saat pasar sedang menantikan keputusan The Fed pada pertemuan 19-20 Maret 2024.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka naik 0,02% atau 2,5 poin ke posisi Rp15.715 per dolar AS, sementara itu, indeks dolar bergerak ke level 103,530 atau menguat 0,04%.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi pada pagi ini. Yen Jepang turun 0,22%, dolar Singapura melemah 0,04%, dolar Taiwan turun 0,06%, peso Filipina merosot 0,06%, rupee India turun 0,16%, ringgit Malaysia melemah 0,08% dan baht Thailand turun 0,01%.
Adapun mata uang yang menguat bersama rupiah adalah dolar Hong Kong naik 0,01%, won Korea menguat 0,13% dan yuan China naik 0,01%.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya mengatakan rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.700-Rp15.760 per dolar AS.
Ibrahim menjelaskan pasar kini memperkirakan kurang dari tiga pemotongan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin pada tahun 2024, turun dari hampir dua kali lipat dibandingkan pada awal tahun ini, menurut data LSEG.
Baca Juga
Menurut FedWatch Tool dari CME Group kontrak berjangka menunjukkan sekitar 51% kemungkinan penurunan suku bunga pertama pada bulan Juni, juga turun tajam dari ekspektasi sebelumnya.
Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun yang menjadi acuan naik ke level tertinggi tiga minggu di 4,348%. Kenaikan ini menambah kekuatan dolar karena pasar memperkirakan suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Ibrahim juga menyebut fokus pasar pada hari Rabu ini adalah apakah para pembuat kebijakan Fed akan mengubah proyeksi mereka, atau melakukan dot plot terhadap perekonomian dan penurunan suku bunga untuk tahun ini dan dua tahun mendatang.
Dari dalam negeri, sentimen datang dari Lembaga Pemeringkat Fitch yang kembali mempertahankan peringkat atau rating kredit Indonesia pada posisi BBB dengan outlook stabil. Keputusan ini dinilai mencerminkan kesuksesan Indonesia dalam mencapai konsolidasi fiskal yang cepat dan didukung oleh pertumbuhan pendapatan solid.
Hanya saja, pendapatan negara dan indikator struktural yang masih relatif lebih rendah dibanding negara-negara peers BBB masih menjadi tantangan bagi Indonesia. Fitch juga memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap solid, didorong oleh investasi domestik yang kuat dan konsumsi dalam negeri yang stabil.
Ke depannya, Fitch memperhitungkan pendapatan pemerintah berpotensi meningkat seiring waktu. Keputusan untuk mempertahankan outlook stabil mencerminkan keyakinan Fitch Indonesia mampu menjaga stabilitas makroekonomi dalam jangka pendek.