Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas masih berada di bawah tekanan pada hari Rabu dini hari (13/3/2024), karena turun lebih dari 1%, setelah laporan inflasi AS yang panas meredupkan prospek Federal Reserve (The Fed) segera menurunkan suku bunga.
Harga emas di pasar spot turun 1,4% menjadi US$2,153.05 per ounce pada pukul 15:08. ET (1908 GMT), mundur dari rekor tertinggi US$2,194.99 yang dicapai pada hari Jumat. Adapun harga emas berjangka AS ditutup 1% lebih rendah pada US$2,166.1.
Harga konsumen AS meningkat dengan kuat pada bulan Februari, menunjukkan adanya kekakuan dalam inflasi. Data menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,4% secara bulanan pada Februari. Setiap tahunnya, angka tersebut meningkat 3,2%, di atas perkiraan 3,1%.
Analis mengatakan pembeli emas masih akan mencari alasan untuk mendorongnya lebih tinggi. “Sekarang fokus akan beralih ke pertemuan Fed minggu depan di mana akan ada dot plot yang diperbarui,” kata Tai Wong pedagang logam independen yang berbasis di New York, mengacu pada perkiraan suku bunga para bankir sentral.
Pasar masih memperhitungkan peluang sekitar 70% penurunan suku bunga AS pada bulan Juni, menurut alat CME FedWatch. Pertemuan kebijakan bank sentral AS berikutnya akan diadakan pada 20 Maret.
Suku bunga rendah membantu harga emas karena mengurangi opportunity cost memegang logam mulia yang tidak menghasilkan bunga.
Baca Juga
Dalam jangka pendek, harga akan mengalami konsolidasi dan mungkin stabil di sekitar level US$2.100 dan akan menembus di atas US$2.200 pada akhir kuartal kedua tahun ini, kata Aakash Doshi, kepala komoditas Amerika Utara di Citi Research.
Harga spot platinum turun 1,5% menjadi US$919,20 per ounce, paladium stabil di US$1,031,04.
UBS mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pihaknya memperkirakan paladium akan tetap kelebihan pasokan di tahun-tahun mendatang, karena permintaan akan autokatalis yang terus menurun.