Bisnis.com, JAKARTA — Berbagai aset investasi tercatat mengalami kenaikan seperti IHSG yang menyentuh level tertingginya All Time High (ATH), hingga aset lain seperti emas yang naik ke level tertinggi pada US$2.161,96 per troy ounce. Lalu, sampai kapan penguatan ini dapat berlangsung?
Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Changkun Shin menuturkan pihaknya menilai di tengah kenaikan berbagai instrumen investasi tak luput dari berbagai sentimen positif yang mendorongnya. Meski demikian, optimalisasi portofolio yang baik akan tergantung dari risk and profile, serta tujuan investasi tiap investor.
"Saat ini tren kenaikan berbagai instrumen keuangan misalnya gold tak luput dari pengaruhi dan tensi geopolitik serta kekhawatiran ekonomi global yang cukup tinggi," kata Shin, dikutip Selasa (12/3/2024).
Kiwoom Sekuritas menilai penguatan berbagai instrumen tersebut merupakan indikasi awal penguatan tren, setelah di sepanjang 2023 IHSG cenderung bergerak terbatas ditengah ketidakpastian suku bunga yang tinggi.
Sementara itu, peningkatan saham dalam negeri sendiri tak luput dari sentimen pertumbuhan ekonomi, yang juga didukung oleh berbagai pembaruan data ekonomi yang cukup positif.
Dia melanjutkan, kedepanya para investor dapat memperhatikan perkembangan ekonomi Indonesia, khususnya daya beli masyarakat, serta tensi geopolitik, serta kebijakan ekonomi beberapa negara maju seperti suku bunga AS.
Baca Juga
"Pasar akan terus mencermati kebijakan dari bank sentral setidaknya hingga akhir tahun ini, ditambah jika inflasi global terus terjaga maka penguatan pasar saham masih akan terus terjaga," tuturnya.
Selain potensi sikap bank sentral yang akan lebih dovish, menurutnya pasar saham tahun ini juga akan terdorong dari visi presiden baru. Hal tersebut seperti pada pemilu tahun 2014 dan 2019, yang dimana pasar akan cenderung alami penguatan.
Adapun bagi IHSG, di tahun ini Kiwoom Sekuritas melihat IHSG masih memiliki ruang penguatan, meski terbatas dengan target hingga level 7.652. Menurutnya, investor dapat melakukan diversifikasi alokasi sebesar 60% pada saham, dengan sektor yang masih menarik yakni perbankan, konsumer dan telekomunikasi.
Sementara itu, untuk alokasi defensif di tengah ketidakpastian global, investor juga masih dapat mengalokasikan 40% asetnya pada aset pendapatan tetap dan atau emas.
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.