Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berfluktuasi namun akan ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (7/3/2024), tersengat komentar Ketua The Fed Jerome Powell terkait penurunan suku bunga acuan.
Pada penutupan perdagangan Rabu (6/3), rupiah ditutup menguat 66 poin atau 0,42% menuju level Rp15.705 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS melemah sebesar 0,09% ke posisi 103,70.
Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa ia memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya dan perekonomian AS masih belum mendekati resesi, meskipun ia enggan berkomitmen terhadap jadwal pelonggaran suku bunga karena kemajuan dalam inflasi tidak terjamin.
Dalam sambutannya menjelang kesaksiannya di kongres, Powell mengatakan inflasi telah 'menurun secara substansial' sejak mencapai level tertinggi dalam 40 tahun pada tahun 2022, namun para pengambil kebijakan masih membutuhkan 'kepercayaan yang lebih besar' terhadap penurunan tersebut sebelum dilakukan penurunan suku bunga.
"Dia yakin bahwa The Fed memang memperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi tahun ini. Itu adalah hal yang perlu didengar oleh pasar. Apakah hal ini ditulis dalam istilah yang ambigu? Ya, tapi secara keseluruhan pesannya jelas," kata Quincy Krosby, kepala strategi global LPL. Keuangan.
"Ini bukan masalah, tapi kapan The Fed memulai kebijakan pelonggaran suku bunganya," tambahnya.
Baca Juga
Bersamaan dengan kesaksian Powell, Mark Luschini, kepala strategi investasi di Janney Montgomery Scott di Philadelphia, mengatakan data ekonomi yang dirilis pada hari Rabu juga meningkatkan harapan penurunan suku bunga dan kepercayaan terhadap pasar tenaga kerja. Data menunjukkan gaji swasta AS meningkat sedikit lebih rendah dari perkiraan pada bulan Februari.
Sementara itu, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan sebagian besar pelaku pasar tetap mempertahankan taruhan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada Juni mendatang.
Adapun fokus pekan ini juga akan tertuju pada data nonfarm payrolls untuk Februari 2024. Angka ketenagakerjaan AS pada periode tersebut berpotensi mengguncang pasar
“Para ekonom memperkirakan perekrutan tenaga kerja melambat pada bulan lalu, namun jumlah yang lebih besar dari perkiraan dapat menambah kenaikan dolar tahun ini,” kata Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyatakan bahwa ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh hingga 5,15% sepanjang 2024. Proyeksi pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan tahun sebelumnya yakni 5,06%.
Di sisi lain, tantangan pada 2024 masih berasal dari global, semisal perang dagang AS dan China, perlambatan ekonomi China, hingga penurunan harga komoditas di pasar global.
“Selain itu, risiko yang masih membayangi yaitu masih tingginya suku bunga acuan global jika laju inflasi dunia belum turun ke level yang rendah. Risiko yang perlu diwaspadai,” tuturnya.
Menurut Ibrahim, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 yang naik 5,05% menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, pertumbuhan ini lebih rendah sedikit dibandingkan dengan India yang meningkat di atas 6%.
“Pertumbuhan ekonomi yang kuat ini merupakan salah satu daya tarik bagi banyak investor untuk masuk ke Indonesia,” tutur Ibrahim.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengatakan pemilihan umum (Pemilu) 2024 dengan satu putaran yang telah berlangsung diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun in.
Pertumbuhan ekonomi yang optimis tersebut akan didorong oleh ekspor dan juga dari konsumsi dalam negeri, khususnya dikonsumsi tingkat menengah dan atas. Kemudian, dari investasi tidak hanya untuk konstruksi tapi juga non-konstruksi.
Dengan seluruh faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan Rabu (6/3) tetapi ditutup menguat pada rentang Rp15.680 – Rp15.740.
Rupiah dibuka naik 40 poin atau 0,25% menjadi Rp15.664 per dolar AS.
Sementara indeks dolar AS turun 0,06% ke level 103,31.