Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke Rp15.705 pada Rabu (6/3/2024). Penguatan ini terjadi jelang kesaksian Ketua The Fed Jerome Powell terkait dengan kebijakan moneter di Capitol Hill.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 66 poin atau 0,42% menuju level Rp15.705 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah sebesar 0,09% ke posisi 103,70.
Sementara itu, mata uang lain di Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang, misalnya, menguat 0,29%, diikuti ringgit Malaysia yang naik 0,14% dan baht Thailand menguat 0,30%. Di sisi lain yuan China melemah 0,04%, won Korea turun 0,01% dan rupee India terkoreksi 0,01%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan pasar saat ini menunggu kesaksian dari Ketua The Fed Jerome Powell di Capitol Hill pada Rabu (6/3). Hal tersebut berhubungan dengan isyarat lebih lanjut terkait suku bunga AS.
“Powell diperkirakan akan mempertahankan retorika hawkish dan memberikan sedikit isyarat mengenai penurunan suku bunga, terutama karena inflasi AS masih stagnan,” ujar Ibrahim dalam publikasi riset harian yang diterima Bisnis.
Menurutnya, beberapa pejabat The Fed juga memperingatkan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, bank sentral AS ini tidak terburu-buru untuk memulai pemangkasan suku bunga.
Baca Juga
Namun, kendati ada ketidakpastian menjelang pertemuan Powell dalam kongres, sebagian besar pelaku pasar tetap mempertahankan taruhan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada Juni mendatang.
Adapun fokus pekan ini juga akan tertuju pada data nonfarm payrolls untuk Februari 2024. Angka ketenagakerjaan AS pada periode tersebut berpotensi mengguncang pasar
“Para ekonom memperkirakan perekrutan tenaga kerja melambat pada bulan lalu, namun jumlah yang lebih besar dari perkiraan dapat menambah kenaikan dolar tahun ini,” kata Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyatakan bahwa ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh hingga 5,15% sepanjang 2024. Proyeksi pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan tahun sebelumnya yakni 5,06%.
Di sisi lain, tantangan pada 2024 masih berasal dari global, semisal perang dagang AS dan China, perlambatan ekonomi China, hingga penurunan harga komoditas di pasar global.
“Selain itu, risiko yang masih membayangi yaitu masih tingginya suku bunga acuan global jika laju inflasi dunia belum turun ke level yang rendah. Risiko yang perlu diwaspadai,” tuturnya.
Menurut Ibrahim, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 yang naik 5,05% menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, pertumbuhan ini lebih rendah sedikit dibandingkan dengan India yang meningkat di atas 6%.
“Pertumbuhan ekonomi yang kuat ini merupakan salah satu daya tarik bagi banyak investor untuk masuk ke Indonesia,” tutur Ibrahim.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengatakan pemilihan umum (Pemilu) 2024 dengan satu putaran yang telah berlangsung diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun in.
Pertumbuhan ekonomi yang optimis tersebut akan didorong oleh ekspor dan juga dari konsumsi dalam negeri, khususnya dikonsumsi tingkat menengah dan atas. Kemudian, dari investasi tidak hanya untuk konstruksi tapi juga non-konstruksi.
Dengan seluruh faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan Rabu (6/3) tetapi ditutup menguat pada rentang Rp15.680 – Rp15.740.