Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Naik ke Rp15.759 per Dolar AS, Pasar Nantikan NFP

Rupiah dibuka naik pada pembukaan perdagangan hari ini di tengah penantian terhadap menanti rilis data NFP.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka naik pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (6/3/2024) ke posisi Rp15.759 per dolar AS. Pasar saat ini menanti rilis data NFP dan juga komentar Ketua The Fed Jerome Powell 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah dibuka naik 0,08% ke posisi Rp15.759 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau naik 0,06% ke posisi 103,799. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Mata uang yang menguat bersama rupiah adalah yen Jepang menguat 0,03%, peso Filipina menguat 0,12%. 

Sementara itu, mata uang yang melemah adalah baht Thailand yang turun 0,02%, ringgit Malaysia turun 0,12%, yuan China melemah 0,03%, rupee India melemah 0,01%, dan won Korea turun 0,17%. 

Sebelumnya Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini tetapi ditutup melemah pada rentang Rp15.760 – Rp15.820 per dolar AS. 

Ibrahim menyatakan kesaksian Ketua The Fed Jerome Powell dan data nonfarm payrolls sangat ditunggu pasar guna mengetahui petunjuk lebih lanjut terkait dengan suku bunga AS. 

“Para analis memperkirakan Powell akan menegaskan kembali pendiriannya bahwa The Fed perlu lebih diyakinkan inflasi bergerak kembali menuju target tahunan bank sebesar 2%,” ujarnya dalam riset harian. 

Dia juga menilai Jerome Powell akan mempertahankan sikap hawkish. Namun, berdasarkan alat CME Fedwatch, para pelaku pasar masih mempertimbangkan peluang lebih besar untuk penurunan suku bunga 25 basis poin pada Juni mendatang. 

Selain kesaksian Ketua The Fed, fokus pelaku pasar juga tertuju pada data nonfarm payrolls utama untuk Februari, yang akan dirilis pada Jumat (8/3/2024). Pasar tenaga kerja yang melemah juga merupakan salah satu pertimbangan utama The Fed untuk mengubah suku bunga. 

Dari kawasan Asia, China menetapkan target Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5% pada 2024 atau tidak berubah dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, dengan target fiskal stagnan, investor mulai bertanya-tanya seberapa besar target tersebut dapat dicapai. 

Sementara itu, dari dalam negeri, pasar saat ini memantau perkembangan rapat paripurna DPR yang diwarnai dengan interupsi mengenai tentang kecurangan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 yang dimotori oleh Fraksi PDIP, PKB dan PKS serta Nasdem. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper