Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan ada 17 calon emiten dalam daftar tunggu atau pipeline penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
Dari 17 perusahaan yang siap melantai di BEI, terdapat 2 perusahaan yang memiliki aset berskala besar atau di atas Rp250 miliar.
Sementara itu, mayoritas atau 14 perusahaan yang masuk dalam pipeline terdaftar sebagai perusahaan berskala menengah dengan aset di rentang Rp50 miliar hingga Rp250 miliar. Adapun terdapat 1 perusahaan beraset kecil atau di bawah Rp50 miliar.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menyampaikan hingga 1 Maret 2023, sebanyak 19 perusahaan telah mencatatkan saham di BEI dengan total dana terhimpun Rp3,45 triliun. Di sisi lain, terdapat 17 perusahaan yang masuk daftar tunggu.
“Hingga saat ini, terdapat 17 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Nyoman melalui keterangan tertulis pada Minggu (3/3/2024).
Secara sektoral, sebanyak 2 calon emiten bergerak di sektor basic materials, lalu dari sektor konsumer siklikal ada 2 calon emiten dan nonsiklikal sebanyak 4 perusahaan.
Baca Juga
Selanjutnya, ada 5 perusahaan yang masuk dalam pipeline berasal dari sektor industrial, 1 calon emiten dari sektor infrastruktur, dan 3 perusahaan selanjutnya bergerak di sektor teknologi.
Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan ada 59 calon emiten yang tengah antre untuk melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dalam pipeline OJK.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan, antusiasme penghimpunan dana di pasar modal juga masih terlihat, tercatat nilai penawaran umum sebesar Rp12,34 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 11 emiten hingga 16 Februari 2024.
"Sementara itu, masih terdapat 86 pipeline penawaran umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp50,02 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 59 perusahaan," ujar Inarno dalam Konferensi Pers RDK Bulanan, Selasa (20/2/2024).
Secara terperinci, OJK mencatat nilai penggalangan dana dari 59 emiten yang antre IPO tersebut sebesar Rp9,20 triliun. Selanjutnya, ada penawaran umum terbatas atau PUT sebanyak 14 penawaran, dengan nilai indikatif Rp27,56 triliun.
Kemudian, penawaran efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) sebanyak 7 penawaran dengan nilai indikatif Rp7,26 triliun, serta PUB EBUS Tahap I, II, dan seterusnya sebanyak 6 penawaran dengan nilai indikatif Rp6 triliun.
"Untuk target tahun 2024, OJK menetapkan target penawaran umum sebesar 200 triliun, dan juga saya jelaskan bahwa tentunya ini didukung dengan pipeline yang ada saat ini," pungkas Inarno.