Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten big caps seperti PT Astra International Tbk. (ASII), PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR), dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) tercatat membebani Indeks High Dividend 20 sepanjang tahun berjalan.
Berdasarkan data Bloomberg hingga akhir Februari (29/2/2024), Indeks High Dividend 20 alias IDXHIDIV menguat 4,23% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD) ke level 599,15.
Kenaikan tersebut ditopang oleh saham, seperti BMRI, BBRI, BBCA, dan BBNI yang mencatatkan kenaikan harga secara YtD sehingga berkontribusi positif terhadap indeks.
Di sisi lain, terdapat saham-saham yang membebani gerak IDXHIDIV. Saham ASII, misalnya, yang menghuni daftar pertama dalam jajaran top laggard lantaran terkoreksi 7,52% year-to-date (YtD) dan membebani indeks hingga 3,82 poin atau 15,74%.
Di peringkat berikutnya ada UNVR yang membukukan pelemahan harga saham sebesar 13,88% YtD hingga akhir Februari 2024. Pelemahan ini membebani gerak IDXHIDIV sebesar 0,89 poin.
Pada posisi ketiga ada saham TPIA yang mengalami koreksi harga sebesar 16,35% sepanjang tahun berjalan. Dengan penurunan tersebut, saham milik Prajogo Pangestu ini membebani Indeks High Dividen 20 sebesar 0,79 poin atau mencapai 3,25%.
Baca Juga
Berikut daftar 5 saham top laggards Indeks High Dividen 20 per akhir Februari 2024
KODE SAHAM |
HARGA SAHAM |
KINERJA YEAR-TO-DATE |
ASII |
5.225 |
-7,52% |
UNVR |
2.730 |
-13,88% |
TPIA |
4.580 |
-16,35% |
AMRT |
2.750 |
6,14% |
ANTM |
1.460 |
-14,37% |
Sumber: Bloomberg per 29 Februari 2024
Sebagai informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan IDXHIDIV sejak 17 Mei 2018. Indeks ini berisi 20 saham perusahaan tercatat yang secara rutin membagikan dividen tunai dan memiliki imbal hasil dividen yang cukup besar kepada para pemegang sahamnya.
Daftar saham pada IDX High Dividend 20 juga dipilih dengan mempertimbangkan kriteria likuiditas yang baik serta kapitalisasi pasar emiten. Adapun saham yang menghuni indeks tersebut konsisten membagikan dividen tunai setidaknya selama 3 tahun terakhir.
Di sisi lain, PT Mirae Asset Sekuritas memperkirakan total nilai dividen pada 2024 akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini diperkirakan terjadi karena normalisasi harga batu bara yang membuat kinerja pendapatan emiten di sektor ini melemah.
Handiman Soetoyo, Head of Research Team II Mirae Asset Sekuritas, menyatakan bahwa tebaran dividen 2024 akan mencapai Rp320,2 triliun. Nilai ini lebih rendah 10,4% jika dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp357,2 triliun.
"Angka tersebut tidak seburuk perkiraan awal kami, mengingat penurunan pendapatan yang cukup parah pada perusahaan-perusahaan batu bara sepanjang tahun 2023," tuturnya dalam riset.
Kendati demikian, Handiman memandang bahwa kuatnya pertumbuhan pendapatan dari perusahan-perusahaan di sektor keuangan dan consumer non-cyclical akan membantu meringankan penyusutan dividen dari emiten di sektor energi.
Mirae Asset Sekuritas mencatat total dividen yang digelontorkan sejumlah emiten mencapai Rp357,2 triliun sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 58,1% dibandingkan dividen yang dibagikan pada 2022 yakni Rp226 triliun.
***
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.