Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global mengalami penguatan seiring dengan masih memanasnya konflik di wilayah Timur Tengah yang membatasi pasokan.
Pada perdagangan Selasa (20/2/2024) pukul 15.21 WIB, harga minyak WTI kontrak Maret 2024 naik 0,30% atau 0,24 poin menjadi US$79,43 per barel. Harga minyak Brent kontrak April 2024 juga meningkat 0,07% atau 0,06 poin menuju US$83,62 per barel.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyatakan harga minyak cenderung naik meski masih mengalami fluktuasi. Saat ini, pelaku pasar masih memantau situasi konflik geopolitik di wilayah Timur Tengah.
"Eskalasi konflik di Timur Tengah khususnya antara Iran dan AS terus berlanjut tanpa penyelesaian sehingga berkontribusi pada kenaikan harga minyak. Potensi gangguan pasokan akibat serangan di Laut Merah juga berdampak pada harga minyak," jelasnya dalam publikasi riset, Selasa (20/2/2024).
Selain itu, ketegangan di Timur Tengah, termasuk konflik regional Israel-Hamas dan serangan Houthi di Laut Merah, menambah kompleksitas dan menyebabkan gangguan pada rantai pasokan minyak. Tertundanya pengiriman minyak ke Asia dan Eropa akibat pertempuran di Laut Merah semakin mempengaruhi pasokan global.
Badan Energi Internasional (IEA) telah memperingatkan perlambatan permintaan pada tahun 2024. Kekhawatiran besar akan potensi perlambatan permintaan, terutama setelah resesi melanda negara-negara besar seperti Inggris dan Jepang.
Baca Juga
Namun demikian, sambung Fischer, meskipun mengalami kenaikan selama dua minggu berturut-turut, harga minyak belum menunjukkan kemajuan yang signifikan pada tahun 2024. Kekhawatiran terhadap perlambatan permintaan menjadi faktor penghambatnya.
"Penguatan dolar AS terutama setelah data inflasi AS yang kuat juga memberikan tekanan pada harga minyak. Dolar stabil di perdagangan Asia hari Senin memperkuat dampak negatifnya terhadap minyak mentah," imbuhnya.
Tingginya suku bunga dan besarnya volume produksi minyak AS di atas 13 juta barel per hari juga menghambat kenaikan harga minyak. Suku bunga yang lebih tinggi dapat merugikan permintaan minyak, sementara melimpahnya produksi AS diperkirakan akan mengimbangi kekurangan pasokan akibat gangguan di Timur Tengah.
Fischer menekankan bahwa dengan tren saat ini, tidak ada tanda-tanda pembalikan yang signifikan, dan volume perdagangan kemungkinan akan terbatas.
"Penting untuk dicatat bahwa situasi geopolitik dan faktor ekonomi global akan terus mempengaruhi pergerakan harga minyak di masa mendatang," jelasnya. (Joyceline Munthe)