Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas dan minyak mentah pada hari ini bergerak variatif. Adapun, harga batu bara ditutup melemah dan CPO yang menunjukkan penguatan.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (20/2/2024) harga emas spot melemah -0,08% atau -1,58 poin ke US$2.015,63 per troy ounce pada pukul 7.12 WIB.
Sementara itu, harga emas berjangka Comex kontrak April 2024 mengalami penguatan sebesar 0,17% atau 3,50 poin ke US$2.027,60 per troy ounce pada pukul 7.01 WIB.
Mengutip Reuters, harga emas telah mencapai level tertinggi dalam hampir seminggu pada Senin (19/2) karena dolar Amerika Serikat (AS) sedikit melemah dan konflik Timur Tengah mendukung daya tarik emas sebagai safe-haven.
“Emas mengambil keuntungan dari penurunan dolar AS dan juga meningkatnya ketegangan baru di Timur Tengah,” jelas analis pasar di Kinesis Money, Carlo Alberto De Casa.
Adapun menurut CME Fed Watch Tool, pasar memperkirakan bahwa peluang pemangkasan suku bunga 74% terjadi pada Juni 2024.
Baca Juga
Harga Batu Bara
Kemudian, harga batu bara berjangka kontrak Maret 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Senin (19/2) mencatatkan pelemahan sebesar -1,63% atau -2 poin ke level 120,75 per metrik ton. Kemudian, kontrak pengiriman April 2024 juga melemah sebesar -1,67% atau -2,05 poin ke level 120,75 per metrik ton.
Mengutip ET Energy World, diketahui bahwa pemerintah India kini menempatkan prioritas yang sangat tinggi pada proyek-proyek gasifikasi batu bara dan lignit dalam transisi energi India.
Pemerintah India baru-baru ini menyetujui skema-skema untuk mempromosikan gasifikasi batu bara dan lignit, dimana sektor swasta dan publik telah dipertimbangkan untuk proyek-proyek baru untuk mendirikan proyek-proyek gasifikasi batu bara dan lignit.
Kemudian, berdasarkan catatan Bisnis, diketahui bahwa sebagian besar harga batu bara acuan (HBA) Indonesia pada Februari 2023 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
Harga Minyak Mentah
Beralih ke harga minyak mentah, berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (19/2), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Maret 2024 melemah -0,08% atau -0,06 poin menjadi US$79,13 per barel pada pukul 6.33 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak April 2024 menguat 0,11% atau 0,09 poin ke US$83,56 per barel.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah bergerak variatif hari ini setelah melinjak pada perdagangan sebelumnua.
WTI dan Brent masing-masing telah meningkat sekitar 3% dan 1,5%. Hal ini mencerminkan meningkatnya risiko meluasnya konflik Timur Tengah.
Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan global telah ditutup sedikit lebih tinggi pada sesi singkat pada Senin (19/2). Hal ini lantaran adanya kekhawatiran pasokan karena ketegangan Timur Tengah, yang diimbangi oleh sinyal melemahnya permintaan.
Analis UBS Giovanni Staunovo dalam catatannya mengungkapkan bahwa pasar minyak mengalami volume yang lebih tipis dari biasanya karena libur Hari Presiden di AS. Kontrak berjangka Brent juga ditutup lebih awal dari biasanya karena hari libur.
Harga CPO
Berikutnya, untuk harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada Maret 2024 telah menguat 27 poin menjadi 3.990 ringgit per metrik ton. Kontrak acuan, yakni pada Mei 2024 juga menguat 21 poin menjadi 3.886 ringgit per metrik ton.
Harga minyak sawit berjangka Malaysia pada Senin (19/2) telah mengalami penurunan selama dua sesi berturut-turut. Hal ini didukung pemulihan minyak nabati saingannya dan melemahnya ringgit Malaysia.
“Harga berjangka membuka gap lebih tinggi menyusul momentum bullish pada minyak nabati China dan perkiraan produksi yang lebih rendah dari South Palm Oil Manufacturer Association (SPPOMA) untuk 1-15 Februari,” jelas kepala penelitian komoditas di Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani.
Menurut surveyor Kargo, ekspor produk minyak sawit Malaysia 1-15 Februari 2024 terlihat menurun -4,31% menjadi 17%. Malaysia juga mempertahankan pajak ekspor minyak sawit pada Maret 2024 sebesar 8% dan menaikan harga referensi.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup melemah -0,02% terhadap dolar AS pada Selasa (19/2). Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.