Harga CPO
Harga CPO atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Maret 2024 menguat 3 poin menjadi 3.858 ringgit per metrik ton. Kontrak April 2024 juga menguat sebesar 6 poin menjadi 3.848 per metrik ton.
Walaupun mencatatkan penguatan, mengutip Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia telah berada dalam tren pelemahan pada Selasa (30/1) sehingga memperpanjang kerugian akibat pelemahan berkepanjangan pada minyak nabati saingannya dan menguatnya ringgit.
Pranav menuturkan bahwa dalam beberapa sesi terakhir, minyak kelapa sawit lebih banyak didorong oleh faktor makro dibandingkan perkembangan cuaca atau permintaan, karena pasar merevisi prospek penurunan suku bunga Federal Reserve.
Kemudian, LSEG Agriculture Research meyakini tren minyak sawit berjangka akan turun pada minggu ini, karena berkurangnya permintaan dari China dan India, dan potensi peningkatan produksi sawit Malaysia menyusul langkah pemerintah yang mengizinkan perkebunan mempekerjakan pekerja asing.
Kontrak kedelai teraktif dari Dalian, DBYcv1, dan kontrak minyak sawit DCPcv1 turun tajam sebesar 3.8%. Harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) BOcv1 turun 0.64%.
Adapun, kontrak minyak kedelai DBYcv1 mengalami penurunan harian terbesar lebih dari setahun, di tengah lemahnya permintaan dari importir kedelai utama China dan peningkatan produksi Argentina.
Baca Juga
Menurut para pedagang, para spekulator juga memiliki pandangan Januari 2024 yang paling pesimis sepanjang masa terhadap biji-bijian dan tanaman penghasil minyak di AS. Aksi menjual kontrak berjangka kedelai, jagung, dan gandum terjadi pada Senin (30/1).
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia, ditutup menguat 0,13% terhadap dolar AS. Ringgit yang menguat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.