Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Menguat di Tengah Tekanan Inflasi AS

Harga emas naik 0,16% di tengah kekhawatiran terhadap inflasi AS akibat tarif Trump, yang memicu spekulasi suku bunga The Fed.
Pegawai menunjukan emas batangan di kantor cabang Pegadaian di Depok, Jawa Barat, Selasa (6/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan emas batangan di kantor cabang Pegadaian di Depok, Jawa Barat, Selasa (6/5/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Ringkasan Berita
  • Harga emas naik 0,16% di pasar spot dan 0,19% di emas berjangka Comex, dipicu oleh tekanan inflasi di AS akibat tarif Presiden Trump.
  • Inflasi produsen AS melonjak tercepat dalam tiga tahun, mengurangi ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, meski pasar masih memperkirakan dua kali pemangkasan tahun ini.
  • Harga emas tetap kuat, didukung ketegangan geopolitik dan kekhawatiran ekonomi global, meski terkonsolidasi di bawah rekor tertinggi US$3.500 per ounce.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas terpantau naik pada Senin (18/8/2025) di tengah kemunculan tanda-tanda bahwa agenda tarif Presiden AS Donald Trump mulai memicu tekanan inflasi di dalam negeri, yang berpotensi mengancam prospek pemangkasan suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot tercatat naik 0,16% menjadi US$3.341,46 per troy ounce pukul 08.25 WIB. Sementara itu, harga emas berjangka Comex tercatat menguat 0,19% ke level US$3.389 per troy ounce

Indeks Bloomberg Dollar Spot tercatat stabil, sementara perak dan platinum relatif tidak berubah, serta paladium menguat.

Harga emas bergerak di kisaran US$3.340 per ounce setelah terkoreksi 1,8% sepanjang pekan lalu. Data terbaru menunjukkan inflasi produsen AS pada Juli melonjak tercepat dalam tiga tahun, sehingga memicu pelaku pasar mengurangi taruhan terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve bulan depan.

Adapun, biaya pinjaman yang lebih tinggi dinilai negatif bagi emas yang tidak memberikan imbal hasil bunga.

Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic, mengungkapkan usai melakukan kunjungan tiga hari ke wilayah tenggara AS bahwa tekanan tarif memang nyata, sementara tingginya biaya pinjaman menekan laba perusahaan.

Meski demikian, pasar masih memperkirakan The Fed berpotensi melakukan hingga dua kali pemangkasan tahun ini.

Selain itu, pelaku pasar menanti perkembangan dari pertemuan Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang dimaksudkan untuk merumuskan kesepakatan damai potensial pasca pembicaraan Trump dengan Vladimir Putin di Alaska pekan lalu.

Kesepakatan gencatan senjata yang berkelanjutan — atau justru konflik yang berkepanjangan — diperkirakan akan memengaruhi permintaan emas sebagai aset lindung nilai.

Sejauh ini, harga emas masih terkonsolidasi tidak jauh di bawah rekor tertinggi US$3.500 per ounce yang dicapai pada April. Sepanjang tahun berjalan, emas tetap menguat lebih dari 25%, ditopang oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, kekhawatiran atas kekuatan ekonomi global, serta upaya diversifikasi dari aset berbasis dolar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro