Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Cari Titik Konsolidasi Baru

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (23/1/2024), harga minyak WTI kontrak Maret 2024 melemah -0,44% ke level US$77,67 per barel pada pukul 20.20 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah berbalik melemah setelah sempat melonjak karena terjadinya serangan terpisah di wilayah produksi Timur Tengah serta serangan ke kapal tanker yang mengangkut bahan bakar minyak di Laut Merah. 

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (23/1/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Maret 2024 melemah -0,44% ke level US$77,67 per barel pada pukul 20.20 WIB.   

Sementara itu, harga minyak Brent, sebagai patokan global, pada kontrak Maret 2024 juga melemah -0,43% atau -0,19 poin ke posisi US$83,19 per barel.

Sebelumnya, harga minyak mentah Brent melonjak 1,5% di awal perdagangan Asia, setelah mengalami kenaikan lebih dari 6% pada minggu lalu. Level kenaikan terbesar sejak Oktober 2023. 

Kepala ekonom untuk Asia kecuali Jepang di Mizuho Bank Ltd, Vishnu Varathan, mengatakan bahwa pasar minyak mengalami koreksi setelah terjadi penurunan permintaan. "Nampaknya meskipun ada sedikit penurunan permintaan, geopolitik sedang membentuk situasi di mana harga minyak bisa memiliki risiko kenaikan lebih tinggi,” pungkasnya. 

Meskipun serangan di Laut Merah telah menyebabkan beberapa pengalihan rute kargo yang berdampak pada peningkatan biaya pengiriman, sejauh ini belum menyebabkan kelangkaan atau memengaruhi produksi.

Juru bicara Trafigura mengatakan kapal yang diserang oleh Houthi berbasis di Yaman membawa nafta asal Rusia, yakni produk yang digunakan untuk membuat plastik dan bensin. Produk tersebut dibeli di bawah batas harga yang diberlakukan oleh negara-negara G7. 

Mitra pendiri Again Capital LLC, John Kilduff, juga mengatakan bahwa tidak ada pihak yang menginginkan perang besar-besaran. "Minyak masih mengalir, tidak ada ladang minyak yang menjadi target, dan kita masih melihat kapal-kapal melintasi Terusan Suez,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper