Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Berpotensi Terus Mendidih Ikuti Eskalasi Konflik Timur Tengah

Harga minyak terus menjadi pusat perhatian di pasar global, terutama dengan dampaknya yang luas terhadap ekonomi dan geopolitik di Timur Tengah.
Proyektil diluncurkan selama manuver militer di dekat Sanaa, Yaman, 30 Oktober 2023. Houthi Media Center/Handout via Reuters
Proyektil diluncurkan selama manuver militer di dekat Sanaa, Yaman, 30 Oktober 2023. Houthi Media Center/Handout via Reuters

Bisnis.com, JAKARTA –  Harga minyak terus menjadi pusat perhatian di pasar global, terutama dengan dampaknya yang luas terhadap ekonomi dan geopolitik di Timur Tengah.

Analis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan harga minyak mengindikasikan bahwa pasar akan mengalami kenaikan secara berkelanjutan, dengan dukungan dari pola candlestick yang masih konsisten. Meskipun ada beberapa penurunan, namun pergerakan harga masih menunjukkan kecenderungan positif.

Fischer menekankan bahwa meskipun kenaikan tidak sebesar hari sebelumnya, namun tetap terjadi. Faktor utama yang mendukung kenaikan ini adalah kelangkaan minyak dan terhentinya kerja sama dengan beberapa negara produsen minyak, termasuk Rusia dan Arab Saudi.

“Penting untuk dicatat bahwa hubungan Rusia dan Arab Saudi yang sebelumnya tergabung dalam kerjasama minyak, kini cenderung menjadi satu di antara anggota BRICS. Hal ini dapat memengaruhi dinamika pasar minyak secara keseluruhan. Konflik di Timur Tengah yang meluas juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan, dengan potensi dampaknya terhadap daya beli yang cenderung rendah.” ucap Fischer dalam riset harian, Senin (29/1/2024).

Dilansir dari Reuters, minyak mentah berjangka Brent naik 83 sen ke level US$84,38 per barel setelah menyentuh level tertinggi US84,80 per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate naik 78 sen menjadi US$78,79 per barel.

Kontrak harga minyak di kedua bursa berjangka tersebut naik untuk minggu kedua berturut-turut dan menetap pada level tertinggi dalam hampir dua bulan pada perdagangan hari Jumat (26/1/2024).

Hal ini didukung oleh kekhawatiran pasokan minyak dari Timur Tengah dan Rusia, sedangkan pertumbuhan ekonomi AS yang positif dan tanda-tanda stimulus China diperkirakan meningkatkan permintaan.

Trader komoditas Trafigura mengatakan pada Sabtu (27/1/2024) pekan lalu menyampaikan bahwa perusahaan sedang menilai risiko keamanan pelayaran ke depan di Laut Merah usai petugas kebakaran memadamkan api di sebuah kapal tanker yang diserang kelompok Houthi sehari sebelumnya.

"Pada awalnya, gangguan [Houthi] terhadap pasokan terbatas. Namun, kemudian berubah pada Jumat (26/1) usai sebuah kapal tanker minyak yang dioperasikan oleh Trafigura terkena rudal di lepas pantai Yaman," ujar analis ANZ.

Menurutnya, saat ini kapal-kapal tanker yang berhubungan dengan pihak dari AS dan Inggris berada dalam ancaman serangan kelompok Houthi. Pasar pun diperkirakan mempertimbangkan kembali risiko dari gangguan tersebut.

Adapun, menurut pedagang dan data tracking kapal LSEG Rusia diprediksi mengurangi ekspor nafta, bahan baku petrokimia, sekitar 127.500 hingga 136.000 barel per hari atau sekitar sepertiga dari total ekspor. Pengurangan ini imbas dari kebarakan yang menganggu operasi kilang di Laut Baltik dan Laut Hitam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper