Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wamen BUMN Pastikan Tak Ada IPO Perusahan Pelat Merah Tahun Ini

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa tidak ada perusahaan pelat merah yang akan menggelar pencatatan saham perdana atau IPO pada 2024.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo memberikan kata sambutan dalam acara Mandiri ESG Festival, Rabu (12/7/2023). JIBI/Bisnis
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo memberikan kata sambutan dalam acara Mandiri ESG Festival, Rabu (12/7/2023). JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyatakan bahwa tidak ada perusahaan pelat merah yang akan menggelar pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) pada 2024.

"Sementara belum. Kami lagi lihat market tergantung appetite, seperti PHE [Pertamina Hulu Energi] kemarin ternyata minatnya kurang," ujar Kartika atau akrab disapa Tiko saat ditemui di Jakarta, Kamis (25/1/2024).

Dia juga menyampaikan Kementerian BUMN menahan rencana IPO PalmCo pada 2024 lantaran kondisi pasar yang dinilai kurang menarik. Kemungkinan PalmCo akan melantai di Bursa jika kondisi pasar memungkinkan.

"Tadinya kami mau dorong PalmCo, namun kami melihat marketnya seperti apa. Kalau pasarnya oke, kami mungkin dorong tetapi [ternyata] pasarnya kurang. Kami lihat timing juga, tahun depan mungkin PalmCo tetapi setelah pasar bagus," ujar Tiko.

Sebelumnya, Tiko mengatakan saat ini pihaknya belum memiliki fokus untuk membawa PalmCo ke lantai bursa. Musababnya, masih banyak pekerjaan rumah yang perlu dilakukan agar perusahaan memiliki valuasi yang tinggi.

Dia menjelaskan salah satu pekerjaan rumah yang perlu ditempuh saat ini adalah replanting atau penanaman kembali pohon sawit. Hal ini disebabkan sejumlah lahan milik PTPN Grup dalam kondisi yang kurang terawat.

Dengan upaya tersebut, dia berharap produktivitas dari PalmCo dapat meningkat dan menyentuh benchmark produksi industri sawit yakni 20 ton per hektare. Adapun saat ini, kata Tiko, sejumlah lahan sawit milik PTPN masih memiliki produktivitas yang beragam.

“Kalau mau IPO, semuanya harus produktif dulu supaya nanti secara valuasi tinggi. Jika masih belang-belang, kalau IPO valuasinya tidak optimal. Jadi lebih baik di fase awal cari strategic partner dulu sampai produktivitasnya merata, baru IPO,” tuturnya.

Di sisi lain, Tiko menyatakan PalmCo dalam jangka waktu 2 – 3 tahun ke depan berpeluang besar menjadi salah satu perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan. Dia memproyeksikan subholding tersebut akan memiliki lahan sawit seluas 600.000 hektare.

Menurutnya, kepemilikan lahan tersebut akan membuat nama PalmCo bersanding dengan Sime Darby, perusahaan kelapa sawit raksasa asal Malaysia. Sime Darby diketahui memiliki luas lahan 266.488 ha dan area tertanam 193.758 ha.

Sebagai informasi, pada awal Desember 2023, Kementerian BUMN i telah menggabungkan 13 perusahaan di bawah holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) menjadi dua subholding, yakni PalmCo dan SupportingCo.

PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai entitas bertahan dan pemisahan tidak murni PTPN III ke PTPN IV.

Sementara itu, pembentukan SupportingCo ditempuh melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper