Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Prajogo Tak Lagi Topang IHSG, Investor Beralih ke Saham Ini

Analis menyebut investor akan beralih dari saham yang memiliki imbal hasil tidak wajar seperti saham Prajogo Pangestu, ke saham blue chip berfundamental baik.
Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/1/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham milik konglomerat Prajogo Pangestu tidak lagi menjadi penggerak IHSG pada tahun ini, sebagaimana yang terjadi pada 2023 lalu. Sebaliknya, saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN), dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) justru membebani IHSG.

Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Rabu, (24/1/2024), saham BREN justru menduduki posisi teratas top laggard karena membebani IHSG 81,48 poin. Disusul saham CUAN membebani IHSG 17,13 poin, dan saham BRPT yang memberatkan IHSG 16,22 poin.

Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, tahun ini akan ada pergeseran momentum, investor akan beralih dari saham-saham yang memiliki imbal hasil tidak wajar (abnormal return) seperti saham Prajogo Pangestu, ke saham blue chip dengan fundamental baik.

"Jadi di awal tahun ini mungkin ada beberapa katalis seperti misalnya kemungkinan normalisasi return dari beberapa saham yang baru listing dan juga terkait dengan Prajogo Pangestu,” ujar Robertus dalam Media Day Mirae Asset Sekuritas, Rabu, (24/1/2024).

Menurutnya, pasar saham diprediksi akan menguat pada semester II/2024 dengan dukungan dari saham-saham unggulan atau blue chips. Selain itu, katalis pendukung IHSG yaitu ekspektasi penurunan suku bunga global dan BI rate, serta kejelasan hasil Pemilu.

Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5%, dan The Fed diproyeksikan akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini. Sementara itu Bank Indonesia (BI) masih menahan BI rate 6%.

"Kami memprediksi nilai wajar IHSG akan berada di level 8.100, dengan mengimplikasikan P/E ratio 14 kali, dan asumsi EPS growth sebesar 5-6%," ujarnya.

Dua faktor lain, lanjut Robert, adalah investor domestik yang diprediksi masih akan jadi penopang IHSG serta total kapitalisasi saham emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo (big cap) yang masih kecil dibandingkan negara-negara lain.

"Total kapitalisasi pasar saham lima emiten terbesar di pasar saham Indonesia sangatlah kecil dibanding pasar saham Asia lainnya seperti Korea Selatan, Jepang, dan India," kata dia.

Dia mengatakan, lima saham blue chips terbesar di Indonesia yaitu BBCA, BREN, BBRI, BYAN, BMRI hanya sekitar US$273 miliar, jauh di bawah lima perusahaan terbesar di bursa Korea Selatan, Jepang, dan India yaitu masing-masing US$628 miliar, US$672 miliar, dan US$691 miliar.

"Dengan optimisme pasar saham tersebut, saham-saham yang dapat menjadi pilihan adalah BBCA, BBRI, ACES, MAPI, TLKM, ISAT, dan ASII," pungkasnya.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper