Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Domino Penurunan Harga Batu Bara 2023 Berimbas ke Dividen Tahun Ini

Penurunan harga batu bara tahun lalu dapat memberikan efek domino pada total pembagian dividen untuk tahun buku 2023.
Annisa Kurniasari Saumi, Dionisio Damara Tonce
Jumat, 19 Januari 2024 | 06:00
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan harga batu bara tahun lalu dapat memberikan efek domino pada total pembagian dividen untuk tahun buku 2023.

PT Mirae Asset Sekuritas memperkirakan total nilai dividen pada 2024 akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Di tengah proyeksi ini, Mirae merekomendasikan saham-saham yang berpeluang menebar dividen tinggi.

Handiman Soetoyo, Head of Research Team II Mirae Asset Sekuritas, menilai tebaran dividen 2024 akan mencapai Rp320,2 triliun. Nilai ini lebih rendah 10,4% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp357,2 triliun.

“Angka ini tidak seburuk perkiraan awal kami, mengingat penurunan pendapatan yang cukup parah pada perusahaan-perusahaan batu bara sepanjang 2023,” tuturnya dalam riset dikutip pada Kamis (18/1/2024).

Kendati demikian, Handiman memandang kuatnya pertumbuhan pendapatan dari perusahan-perusahaan di sektor keuangan dan consumer non-cyclical akan membantu meringankan penyusutan dividen dari emiten di sektor energi.

Mirae Asset Sekuritas mencatat total dividen yang digelontorkan sejumlah emiten mencapai Rp357,2 triliun sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 58,1% dibandingkan dividen yang dibagikan pada 2022 yakni Rp226 triliun.

Sementara itu, total dividen dari BUMN yang masuk ke kas negara mencapai Rp82,1 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan target awal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sebesar Rp49,1 triliun.

Dalam catatan Bisnis, peluang dividen dari perbankan jumbo, yakni PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) diperkirakan terbuka lebar.

BBCA kini tengah mengkaji dividend payout ratio yang akan digelontorkan pada 2024, untuk menjaga keseimbangan antara posisi permodalan, pengembangan bisnis perusahaan dan entitas anak, pemutakhiran standar, serta teknologi keamanan.

Adapun, untuk saham perbankan pelat merah yakni BMRI, BBRI, dan BBNI, Mirae Asset dalam risetnya menyebutkan bahwa estimasi imbal hasil dari ketiga bank tersebut berangkat dari rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di atas 20%.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menyampaikan bahwa guyuran dividen pada tahun ini cenderung melambat karena melemahnya kinerja emiten batu bara yang royal membagikan dividen. 

Audi menuturkan hal tersebut terjadi seiring dengan normalisasi harga komoditas beserta potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi global di tengah pengetatan kebijakan moneter yang diperkirakan belum selesai. 

“Meski demikian, kami tetap meyakini emiten perbankan akan menjadi pondasi pemberian dividen di tahun ini,” ujarnya saat dihubungi Bisnis pada Kamis (18/1/2024). 

Sementara itu, dia menilai kinerja indeks high dividend 20 pada 2024 masih akan ditopang oleh sektor keuangan dengan bobot sebesar 53%. Penopang indeks juga datang dari sektor infrastruktur yang diproyeksikan menyumbang bobot 16%. 

“Hal tersebut dikarenakan terkendalinya inflasi dan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5% sehingga diharapkan masih mampu menguatkan daya beli masyarakat, meski suku bunga masih berada di level tinggi,” pungkas Audi. 

Kiwoom Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk saham BBRI dengan target harga Rp6.300, diikuti saham BBCA dengan target banderol sebesar Rp10.300, saham TLKM senilai Rp4.700, saham ASII sebesar Rp7.000, dan target harga INDF di level Rp7.125. 

Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan pihaknya telah menghitung perkiraan laba bersih per saham, estimasi dividen pay out ratio, dan asumsi dividen per share dari saham-saham konstituen IDX High Dividen. 

Dari perhitungan tersebut ditambah dengan harga saham yang ada saat ini, maka saham-saham batu bara masih dapat memberikan ekspektasi dividen yield yang tinggi.

"Saham-saham batu bara walaupun kinerjanya mengalami penurunan, laba bersih turun, tapi uniknya walaupun mengalami penurunan, estimasi dividen yield-nya masih tinggi," ujar Ike dalam webinar Sinarmas Sekuritas, Kamis (18/1/2024). 

Dia mencontohkan, saat ini saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dalam satu tahun harga sahamnya telah turun 33%. Akan tetapi, laba bersihnya tidak turun 33%. 

Dengan harga saham yang turun dibandingkan dengan penurunan kinerjanya, ITMG diestimasikan akan memiliki dividend yield yang lebih tinggi. Menurutnya, saat ini merupakan kesempatan bagi investor untuk melakukan cicil beli terhadap saham-saham batu bara. 

Dalam hitungan Sinarmas Sekuritas, beberapa saham batu bara diestimasikan memiliki dividen yield tinggi di atas 10%. Saham-saham tersebut seperti ITMG sebesar 16,46%, PTBA sebesar 15,73%, BSSR sebesar 12,39%, dan ADRO sebesar 11,89%.

Akan tetapi, Ike mengingatkan investor untuk mewaspadai dividen trap atau jebakan dividen. Sebagai informasi, dividen trap menggambarkan kondisi dividen yang tampak memiliki nilai tinggi dan menggiurkan. 

Namun, setelah masa ex dividen, atau tanggal ketika investor tidak berhak menerima dividen, harga sahamnya kemudian tiba-tiba anjlok. Ike mencermati, fenomena ini juga terjadi pada saham seperti PTBA dan PGAS. 

"Semakin tinggi dividen yield, semakin besar dividen trap yang terjadi. Contoh PTBA PGAS, punya dividen yield tinggi, tapi begitu ex dividen, harganya jadi enggak karuan," ucapnya. 

Agar terhindar dari jebakan ini, Ike merekomendasikan investor untuk mengambil gain dari saham-saham tersebut, ketika musim dividen telah tiba.

-------------------

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper