Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berpeluang menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pekan depan periode 22-26 Januari 2024, setelah ditutup menguat pada perdagangan akhir pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat, (19/1/2024), rupiah ditutup menguat 0,05% atau 8,5 poin ke level Rp15.615 per dolar AS, setelah parkir di zona hijau pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah 0,15% ke posisi Rp103,38.
Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, ada beberapa katalis yang dapat mendorong penguatan rupiah pekan depan, yaitu serangkaian rilis data ekonomi AS.
"Rupiah berpeluang menguat dan diperdagangkan di bawah Rp15.600 terhadap dolar AS pada pekan depan," ujar Ariston kepada Bisnis, Sabtu, (20/1/2024).
Kendati demikian, menurutnya penguatan rupiah mungkin terjadi apabila data ekonomi AS yang dirilis Kamis [25/1/2024] malam pekan depan yaitu data PDB AS kuartal IV/2023 di bawah perkiraan 1,8%.
Adapun sebelumnya, produk domestik bruto (PDB) AS meningkat 4,9% pada kuartal III/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Selain rilis data PDB AS kuartal keempat 2023, perhatian investor pekan depan juga tertuju pada rilis indeks harga belanja personal (PCE) AS, pada Jumat, (26/1/2024).
Baca Juga
Menurutnya, pelemahan ekonomi AS akan mengonfirmasi pemangkasan suku bunga acuan AS oleh The Fed tahun ini, sehingga bisa mendorong pelemahan dolar AS.
Adapun The Fed masih menahan suku bunga atau Fed Fund Rate (FFR) di kisaran 5,25%-5,5% pada FOMC Desember 2023. The Fed diproyeksikan akan memangkas suku bunga, setidaknya tiga kali pada tahun ini.
Namun di lain sisi, Ariston mengatakan pelaku pasar juga masih mewaspadai situasi ketegangan di Timur Tengah yang kian memanas sehingga bisa memicu kembali peralihan ke aset aman (safe haven) seperti emas dan mendorong penguatan dolar AS.
"Isu lain yang bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah adalah isu pelambatan ekonomi global. Kondisi inflasi tinggi, konflik geopolitik yang mengganggu suplai, dan lain-lain menjadi kekhwatiran pasar akan melambatkan perekonomian," pungkasnya.
Alhasil, dengan sederet sentimen tersebut, Ariston memproyeksikan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di kisaran Rp15.500 hingga Rp15.650 pada pekan depan.