Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke level Rp15.615 pada perdagangan akhir pekan, Jumat, (19/1/2024). Pergerakan mata uang Asia lainnya juga terpantau bervariasi, sedangkan dolar AS lesu sore ini.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,05% atau 8,5 poin ke level Rp15.615 per dolar AS, setelah parkir di zona hijau pada perdagangan kemarin. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah 0,15% ke posisi Rp103,38.
Mata uang kawasan Asia terpantau bervariasi terhadap dolar AS. Misalnya, dolar Singapura menguat 0,15%, dolar Taiwan menguat 0,55%, won Korea naik 0,02%, dan yuan China naik 0,04%.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yaitu yen Jepang turun 0,09%, peso Filipina turun 0,20%, sedangkan dolar Hongkong, ringgit Malaysia, dan rupee India stagnan.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, data penjualan ritel yang kuat dan serangkaian komentar yang cenderung hawkish dari pejabat The Fed minggu ini memicu meningkatnya keraguan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya pada Maret 2024.
Dia mengatakan, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data klaim awal tunjangan pengangguran negara turun 16.000 menjadi 187.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 13 Januari 2024, dan menjadi level terendah sejak September 2022.
Baca Juga
"Para pelaku pasar terlihat mengurangi taruhan pada pemotongan suku bunga The Fed dengan peluang sebesar 51,9% untuk pemotongan suku bunga di Maret 2024, turun tajam dari 68,3% yang terlihat pada minggu lalu," ujar Ibrahim dalam riset Jumat, (19/1/2024).
Dari sentimen dalam negeri, utang pemerintah sampai 31 Desember 2023 ditutup di angka Rp8.144,69 triliun. Jumlah itu naik Rp103,68 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp8.041,01 triliun.
Pertambahan utang itu membuat rasio utang pemerintah akhir 2023 menjadi 38,59% terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari bulan sebelumnya yang di level 38,11% namun turun dibandingkan akhir 2021 dan 2022.
Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN sebesar Rp7.180,71 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar Rp5.808,13 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara (SUN) Rp4.700,60 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp1.107,53 triliun.
"Untuk perdagangan Senin [22/1/2024] pekan depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp15.590- Rp15.650," pungkas Ibrahim.