Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (19/1): CPO, Minyak Mentah, hingga Emas Kompak Menguat

Harga sejumlah komoditas seperti CPO, minyak mentah, hingga emas bergerak menguat pada hari ini.
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Harga sejumlah komoditas mayoritas bergerak menguat pada hari ini, Jumat (19/1/2024).

Sementara itu, harga kontrak berjangka minyak kelapa sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives ditutup di level tertinggi dalam du abulan terakhir pada perdagangan Kamis (18/1).

Kontrak CPO bulan Februari 2024 menguat 77 ringgit ke level 3.929 ringgit per ton, sedangkan harga CPO kontrak Maret 2024 naik 83 ringgit menjadi 3.914 ringgit per ton.

Pedagang minyak kelapa sawit David Ng mengatakan penguatan harga CPO didorong oleh penguatan harga harga minyak kedelai dan minyak mentah yang menopang sentimen.

"Oleh karena itu, kami melihat support di 3.750 ringgit per ton dan resisten di 3.950 per ton," ujarnya seperti dikutip Bernama.

Sementara itu, perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia memproyeksikan bahwa ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia untuk periode 1-15 Januari turun 2,6% menjadi 604.474 ton dari bulan sebelumnya.

Sementara itu, harga minyak mentah bergerak stabil pada awal perdagangan Jumat (19/1) setelah ditutup melonjak pada perdagangan sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 bergerak melemah tipis 0,03% ke posisi US$74.06 per barel pada pukul 07.28 WIB pagi ini, setelah ditutup menguat 2,1% ke US$74,08 per barel pada perdagangan sebelumnya.

Adapun harga minyak patokan Brent kontrak Maret 2024 ditutup menguat 1,57% ke level US$79,1 per barel.

Melansir Reuters, risiko geopolitik masih menjadi penopang harga minyak mentah setelah karena AS menyerang belasan rudal Houthi di Yaman sebagai respons terhadap serangan berulang kali yang dilakukan kelompok tersebut tersebut terhadap kargo pengiriman di Laut Merah.

Di tempat lain, Pakistan melakukan serangan balasan di Iran.

Sementara itu di AS, stok minyak mentah turun 2,49 juta barel pekan lalu dan sekarang berada di level terendah sejak Oktober, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Kamis.

Meskipun menguat, harga minyak mentah tetap berada di kisaran ketat pada awal tahun 2024 di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan spekulasi bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga lebih lambat dari yang diperkirakan.

Selain itu, pelaku pasar juga tengah menimbang dampak pengurangan suplai dari OPEC dan sekutunya.

Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris mengatakan bahwa suplai di luar anggota OPEC+, seperti dari AS, Brasil, Kanada, dan Guyana berpotensi meningkat tajam tahun ini.

Harga Emas

Sementara itu, harga emas juga melanjutkan penguatannya hari ini, didorong oleh permintaan aset safe haven di tengah konflik Timur Tengah dan penantian investor terhadap kejelasan kebijakan suku bunga Federal Reserve AS di masa mendatang.

Harga emas berjangka Comex kontrak Februari 2024 terpantau menguat 0,15% atau 3,1 poin ke level US$2.024,70 per troy ounce pada pukul 07.29 WIB.

Sementara itu, harga emas spot melemah 0,02% ke level US$2.022,9 per troy ounce setelah ditutup menguat 0,83% pada perdagangan sebelumnya.

Analis pasar senior RJO Futures Daniel Pavilonis mengatakan ketegangan geopolitik secara tidak sengaja mengkoordinasikan upaya untuk mempertahankan emas di kisaran US$2.000 karena ada begitu banyak ketidakpastian.

Sementara itu, Presiden Federal Reserve wilayah Atlanta Raphael Bostic mengatakan dia masih membuka opsi menurunkan suku bunga AS lebih cepat jika ada bukti yang meyakinkan dalam beberapa bulan mendatang bahwa inflasi turun lebih cepat dari yang diperkirakan.

Analis pasar City Index Fawad Razaqzada mengatakan investor emas menganalisis seberapa besar dampak negatif dari penundaan penurunan suku bunga terhadap harga, meskipun sejumlah data AS yang meleset dapat mendorong harga emas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper