Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara kontrak Januari 2024 stagnan setelah melemah selama dua hari berturut-turut. Harga Crude Palm Oil (CPO) juga melemah lantaran minyak nabati saingannya yang melesu sehingga membebani sentimen.
Harga batu bara berjangka kontrak Januari 2024 di ICE Newcastle ditutup stagnan para Rabu (17/1/2024) yakni masih berada dalam posisi 129,50 per metrik ton. Sedangkan kontrak pengiriman Februari 2024 melemah -1,02% atau -1,30 poin ke level 126,10 per metrik ton.
Mengutip Reuters, berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional China pada Rabu (17/1/2024) produksi batu bara China mencapai rekor tertinggi pada tahun lalu, di tengah fokus terhadap keamanan energi dan peningkatan permintaan setelah pembatasan terkait pandemi mulai dilonggarkan.
China, selaku produsen batu bara terbesar di dunia, telah menambang sebesar 4,66 miliar metrik ton, naik 2,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi Desember 2023 mencapai 414,31 juta ton dari bulan sebelumnya yang sebesar 414 juta ton, serta meningkat 1,9% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Pembangkit listrik Negeri Tirai Bambu tersebut secara keseluruhan didominasi oleh pembangkit listrik tenaga batu bara, naik 8% pada Desember 2023 (yoy).
Para analis kemudian juga memperkirakan peningkatan produksi batu bara yang moderat pada 2024. Tingkat pertumbuhan melambat dalam setahun terakhir, setelah adanya dorongan untuk keamanan energi yang mendorong peningkatan produksi mulai 2021.
Baca Juga
Menurut administrasi bea cukai China, Impor batu bara China juga pada tahun lalu juga mencapai rekor lantaran para pengguna beralih ke impor akibat kenaikan harga dan kualitas batu bara domestik yang menurun.
Berdasarkan catatan Bisnis, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Lana Saria mengatakan bahwa permintaan batu bara dari pasar domestik dan internasional belakangan tetap menguat di tengah kampanye transisi energi.
Pihak Kementerian menargetkan produksi batu bara Indonesia pada 2024 di kisaran 710 juta ton, dengan alokasi wajib pasok domestik atau domestic market obligation (DMO) sebesar 181,28 juta ton.
Kemudian, keseimbangan baru atau rata-rata produksi batu bara domestik selama rentang 2024 sampai dengan 2035 diproyeksikan berada di kisaran 700 juta ton. Produksi batu bara kemudian diharapkan turun secara bertahap ke level 250 juta ton pada 2060.
Harga CPO
Update Harga CPO Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 melemah -23 poin menjadi 3,856 ringgit per metrik ton. Kontrak Maret 2024 juga mengalami pelemahan sebesar -39 poin menjadi 3,841 per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia telah menurun pada Rabu (17/1) karena melemahnya minyak nabati saingannya di pasar berjangka Dalian dan Chicago yang membebani sentimen.
Pelemahan pada minyak nabati saingannya telah memberikan tekanan pada masa depan minyak sawit Malaysia. Seorang pedagang mengatakan bahwa kontrak tersebut juga menghadapi koreksi teknis, setelah beberapa hari mengalami kenaikan.
Beralih ke India, negara importir minyak nabati terbesar di dunia tersebut akan memperpanjang bea masuk yang lebih rendah untuk impor minyak nabati selama satu tahun lagi hingga Maret 2025. Upaya ini dilakukan untuk mengendalikan harga lokal.
Kemudian, untuk komoditas lainnya, harga minyak telah menurun lebih dari US$1 pada Rabu (17/1/2024) karena pertumbuhan ekonomi China, pengguna minyak mentah terbesar kedua di dunia, sedikit meleset dari perkiraan.
Hal tersebut kemudian meningkatkan kekhawatiran mengenai permintaan di masa depan. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) juga mengurangi selera risiko investor.
Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, melemah sebesar -1,04%. Kontrak minyak sawit, DCPcv1, melemah -0,44% . Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOcv1, juga menurun sebesar -1,31 %.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia, ditutup melemah -0.48% terhadap dolar AS. Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.