Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York menguat pada penutupan perdagangan Kamis (18/1/2024) waktu setempat, tersengat lonjakan saham emiten produsen chip seperti Nvidia dan Qualcomm. Sementara saham-saham utilitas dan real estat terpukul imbas ketidakpastian The Fed soal penurunan suku bunga.
Mengutip Reuters, Jumat (19/1/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,54% atau 201,94 poin ke 37.468,61, indeks S&P 500 juga menguat 0,88% atau 41,73 poin ke 4.780,94, dan Nasdaq melejit 1,35% atau 200,03 poin ke 15.055,65.
Saham Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) yang terdaftar di Bursa AS melonjak usai pembuat chip semikonduktor terbesar di dunia itu memproyeksikan pertumbuhan pendapatan pada tahun 2024 sebesar lebih dari 20% karena meningkatnya permintaan akan chip kelas atas yang digunakan dalam aplikasi kecerdasan buatan (AI).
Saham produsen chip ternama Nvidia (NVDA.O), juga mencatatkan rekor harga tertinggi dalam satu hari, dan merupakan perusahaan yang paling banyak diperdagangkan di Wall Street, dengan nilai pertukaran saham lebih dari US$24 miliar. Rivalnya sesama produsen chip, Advanced Micro Devices (AMD.O), juga mencatatkan rekor tertinggi.
Selanjutnya, saham Broadcom (AVGO.O), Qualcomm (QCOM.O), dan Marvell Technology (MRVL.O), juga terpantau kompak menguat. Indeks semikonduktor Philadelphia SE (.SOX), melejit dan mendekati rekor tertinggi pada bulan Desember 2023.
Tak ketinggalan, saham Apple (AAPL.O) juga melonjak setelah BofA Global Research mengupgrade produsen samrphone iPhone tersebut menjadi 'beli' dari 'netral'. Hal ini membantu indeks teknologi informasi S&P 500 (.SPLRCT), mencapai rekor tertinggi.
Baca Juga
Data ekonomi AS menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pada minggu lalu ke level terendah pada akhir tahun 2022, menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang solid pada bulan Januari.
Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management, mengatakan dia baru-baru ini menjadi lebih konservatif terhadao uang kliennya karena investor menjadi kurang yakin Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Maret.
S&P 500 melemah pada hari Selasa dan Rabu menyusul data penjualan ritel bulan Desember yang kuat dan setelah para pembuat kebijakan menurunkan ekspektasi untuk memulai penurunan suku bunga lebih awal.
“Orang-orang mulai berkata, 'Hei, kami telah membuat asumsi bahwa The Fed akan mulai melakukan pemotongan pada bulan Maret, namun apakah mereka akan melakukan pemotongan tersebut, dan bagaimana jadinya jika mereka tidak melakukan hal tersebut?'” kata Dollarhide, dikutip Reuters.
Investor saat ini melihat peluang 56% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret, dibandingkan dengan peluang di atas 80% pada bulan lalu, menurut FedWatch Tool dari CME Group.
Sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga melemah, dengan indeks real estate S&P 500 (.SPLRCR), dan indeks utilitas (.SPLRCU), membuka tab baru di antara sektor-sektor yang mengalami penurunan terdalam.
Sebelumnya, Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan dia terbuka untuk menurunkan suku bunga lebih cepat dari yang dia perkirakan jika ada bukti yang “meyakinkan” dalam beberapa bulan mendatang bahwa inflasi turun lebih cepat dari perkiraannya.
Bostic sebelumnya mengatakan dia memperkirakan akan tepat untuk menurunkan suku bunga pada paruh kedua tahun 2024.
Adapun saham Humana (HUM.N), turun setelah perusahaan asuransi kesehatan memperkirakan biaya medis kuartal keempat lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Rekan UnitedHealth (UNH.N) juga turun.
Disusul oleh saham Spirit Airlines (SAVE.N) yang juga anjlok setelah Citigroup menurunkan peringkat sahamnya menjadi "jual" dari "netral".