Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Rupiah Terhadap Dolar AS Melemah saat Dolar AS Lunglai

Mata uang rupiah kembali dibuka ke posisi Rp15.499 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (3/1/2024).
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah kembali dibuka ke posisi Rp15.499 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Rabu (3/1/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,19% atau 29 poin ke posisi Rp15.499 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar juga ikut turun 0,08% ke level 101.844. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak beragam. Yen Jepang melemah 0,03%, dolar Taiwan melemah 0,49%, won korea jatuh 0,90%, peso Filipina turun 0,20%, rupee India turun 0,10%, yuan China melemah 0,13%, ringgit Malaysia melemah 0,69% dan bath Thailand melemah 0,10%. 

Sejauh ini hanya dolar Hong Kong yang menguat 0,02% terhadap dolar AS. 

Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang  Rp15.450- Rp15.510 per dolar AS. 

Data nonfarm payrolls menunggu isyarat lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga Fed Pasar sekarang fokus pada data utama nonfarm payrolls untuk bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Jumat ini. 

Ibrahim menjelaskan alat Fedwatch CME menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang lebih dari 70% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret. 

“Namun sebelum pembacaan bulan Maret, bank sentral masih harus menghadapi serangkaian pembacaan perekonomian, terutama mengenai inflasi dan pasar tenaga kerja,” katanya. 

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Indonesia pada tahun 2023 sebesar 2,61% yoy, tingkat inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir. Inflasi yang landai pada tahun 2023 didorong pengendalian inflasi yang baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI). 

Terlebih, pada tahun 2023 ada ketidakpastian yang membayangi pergerakan inflasi dalam negeri, salah satunya fenomena kekeringan panjang atau El Niño. Selain itu, inflasi pada tahun 2023 rendah karena faktor basis tinggi. Pada tahun 2022, ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang menyulut inflasi. Sesuai pola musiman, biasanya tingkat inflasi akan menurun pada satu tahun setelah tahun adanya kenaikan harga BBM bersubsidi. 

Kemudian, pasar juga memantau tentang kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 tercatat mengalami defisit Rp241,4 triliun per 28 Desember 2023.  Angka defisit tersebut didapatkan dari realisasi pendapatan negara yang mencapai Rp2.725,4 triliun. Sementara belanja negara terealisasi senilai Rp2.966,8 triliun 

Adapun, realisasi pendapatan negara tersebut telah mencakup 110% target APBN awal senilai Rp2.463 triliun, atau tembus 103,3% dari target revisi yang tercantum dalam Perpres No. 75/2023 dengan angka Rp2.637,2 triliun.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper