Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kado Akhir 2023 Rupiah Ditutup Perkasa Rp15.399, Dolar AS Tak Lagi Istimewa

Nilai tukar rupiah menutup 2023 dengan naik 0,12% atau 18,50 poin ke Rp15.399 per dolar AS sementara greenback mengakhiri tahun 2023 dengan kerugian.
Potret wajah Mantan Presiden Sukarno dalam uang lembar Rp100.000 yang berjejer. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret wajah Mantan Presiden Sukarno dalam uang lembar Rp100.000 yang berjejer. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah menutup akhir tahun 2023 dengan menguat ke level Rp15.399 per dolar AS. Mayoritas mata uang Asia juga perkasa di hadapan greenback.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (29/12/2023), rupiah ditutup naik 0,12% atau 18,50 poin ke Rp15.399 per dolar AS, sementara indeks yang mengukur kekuatan greenback melemah 0,09% atau 0,09 poin ke 101,13 pada 15.15 WIB.

Mata uang Asia seperti yen Jepang naik tipis 0,01%, yuan China terapresiasi 0,24%, ringgit Malaysia menguat 0,44%, dolar Singapura naik 0,20%, dan dolar Hong Kong menguat tipis 0,02%. Adapun won Korea Selatan melemah sendirian 0,18% di hadapan dolar AS.

Adapun 2023 merupakan tahun yang bergejolak untuk dolar AS. Dolar tampaknya akan mengakhiri tahun 2023 dengan kerugian, setelah mengalami keuntungan selama dua tahun berturut-turut.

Mengutip Reuters, dolar AS terseret oleh ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve AS dapat mulai menurunkan suku bunga pada awal Maret mendatang. Greenback secara umum tetap melemah pada hari perdagangan terakhir tahun ini, di tengah jeda liburan menjelang Tahun Baru.

Sejak The Fed meluncurkan siklus kenaikan suku bunga yang agresif pada awal tahun 2022, ekspektasi mengenai seberapa jauh kenaikan suku bunga AS telah menjadi pendorong besar pergerakan dolar selama dua tahun terakhir. Kini keadaan berbalik dan justru menjadi momentum mata uang lain termasuk di kawasan Asian untuk bersinar.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah menguat menyambut Indonesia yang bakal menyelenggarakan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 14 Februari 2024. Jika Pilpres diselenggarakan hanya satu putaran hasilnya akan lebih baik bagi investasi.

“Saat ini investor terutama investor sektor riil wait and see, dan menunggu siapa presiden yang bakal terpilih dan menunggu kebijakan apa yang bakal dikeluarkan,” kata Ibrahim dalam risetnya, Jumat (29/12/2023).

Kendati demikian, kata Ibrahim jika Pilpres berjalan dua putaran maka investor akan mengambil sikap wait and see hingga Juni 2024. Oleh karena itu, pada pemilu tahun 2024, ekonomi Indonesia belum tentu lebih baik dari tahun 2023 karena adanya Pilpres.

“Para calon presiden diharapkan tidak membuat kegaduhan. Ini demi mengantisipasi agar investor tidak menempatkan uang mereka di luar negeri,” kata Ibrahim.

Dia menambhkan Pilpres yang sejuk dan damai yang diinginkan oleh investor. Sehingga investor tidak ada ketakutan untuk menempatkan dananya di pasar dalam negeri.

Tahun politik 2024, lanjutnya harus dicermati dengan baik. Apalagi sejumlah negara didunia juga akan menyelenggarakan pemilu, termasuk India, Taiwan, Korea Selatan, dan Amerika serikat. Pemilu India bakal berpengaruh terhadap dinamika politik di Asia, mengingat populasi negara tersebut yang sangat besar.

Ibrahim memprediksi untuk perdagangan tahun depan, Selasa (2/12/2024) mata uang rupiah berpotensi fluktuatif namun bisa ditutup menguat di rentang Rp15.350- Rp15.420 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper