Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan besar-besaran nilai tukar yen Jepang selama tiga tahun berturut-turut diprediksi akan berakhir pada 2024.
Berdasarkan survei Bloomberg kepada para pelaku pasar, Senin (18/7/2023), mereka melihat yen Jepang menguat pada 2024 seiring dengan keluarnya Bank of Japan (BOJ) dari rezim suku bunga negatif terakhir di dunia sementara bank-bank global lainnya memangkas suku bunga acuan.
Meskipun proyeksi kenaikan yen pada 2023 mulai salah pada bulan Februari lalu, para analis pasar melihat perbedaan utama kali ini.
Setahun yang lalu, para pelaku pasar berspekulasi bahwa ketua baru BOJ mungkin akan membatalkan kebijakan moneter yang sangat longgar. Kini mereka sejalan dengan para ekonom yang mengatakan bahwa perubahan akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, dan kepemimpinan bank sentral sendiri telah secara terbuka membahas implikasi dari keluarnya kebijakan tersebut di masa depan.
“Situasi ini tidak akan mengecewakan para pembeli yen,” kata ahli strategi di Mizuho Securities, Shoki Omori.
Omori memperkirakan kemerosotan mata uang yang berkepanjangan akan segera berakhir. Menurutnya tidak ada banyak ruang bagi BOJ untuk memperketat kebijakannya, namun mereka tampak bertekad untuk menurunkan suku bunga negatif.
Baca Juga
Gambaran di luar Jepang juga terlihat lebih jelas dibandingkan 12 bulan lalu. Ketika para pedagang pada 2022 berbicara tentang suku bunga AS yang kemungkinan mencapai puncaknya pada 2023, proyeksi pada bulan Desember dari para pembuat kebijakan Federal Reserve menunjukkan sinyal penurunan sebesar 75 basis poin pada 2024.
Perkiraan median yang dikumpulkan oleh Bloomberg menunjukkan yen akan menguat menjadi 135 terhadap dolar AS pada akhir 2024 karena jarak kesenjangan suku bunga yang lebar antara Amerika Serikat dan Jepang menyempit. Proyeksi mereka yang terlalu bullish sekitar setahun yang lalu adalah yen dan dolar AS diperdagangkan di sekitar 131 pada akhir 2023.
Yen diperdagangkan pada 142,43 per dolar AS pada pukul 9.16 pagi di Tokyo pada 18 Desember 2023.
“[Suku bunga] Federal Reserve akhirnya naik 100 basis poin pada tahun 2023, sementara Bank of Japan mempertahankan suku bunga negatifnya, yang merupakan hambatan besar bagi yen,” kata Spencer Hakimian, kepala eksekutif Tolou Capital Management di New York.
Dia melihat skenario sebaliknya terjadi pada 2024 dan memperkirakan yen akan mencapai sekitar 135 pada akhir tahun.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10-tahun, yang telah menjadi pendorong utama arah dolar-yen pada 2023, telah turun sekitar 50 basis poin selama sebulan terakhir, memicu perubahan di pasar mata uang.
“Tampaknya imbal hasil obligasi kini telah mencapai puncaknya, The Fed telah menyelesaikan kenaikan suku bunganya dan dolar akan terus melemah pada 2024. Yen seharusnya memperoleh keuntungan besar,” kata Kit Juckes, kepala strategi valuta asing di Societe Generale di London.
Yen menguat hampir 4 persen hanya dalam satu hari sebelumnya pada bulan Desember di tengah lonjakan spekulasi bahwa BOJ akan menaikkan suku bunga pada akhir pertemuan 18-19 Desember. Harga berbalik arah selama dua hari berikutnya sebelum kembali menguat.
Pertemuan kebijakan di Tokyo pada Januari dan Maret 2024 memberikan lebih banyak pemicu spekulasi menjelang keputusan bulan April yang dipandang oleh mayoritas pengamat BOJ sebagai waktu yang paling mungkin untuk melakukan perubahan.
Meskipun inflasi masih berada di atas target bank sentral sebesar 2 persen selama lebih dari satu setengah tahun, para pejabat BoJ tampaknya tertarik untuk melihat lebih banyak bukti pertumbuhan upah yang solid, yang mungkin akan terjadi pada negosiasi gaji tenaga kerja pada awal 2024.
“Kami percaya bahwa ada perbaikan struktural jangka panjang yang cukup dalam perekonomian,” kata Steven Barrow, kepala strategi G-10 di Standard Bank yang berbasis di London.
Barrow melihat yen Jepang terapresiasi dalam jangka panjang terlepas dari apakah perbedaan suku bunga menyempit.
Dia mencontohkan perubahan positif di Jepang, termasuk berakhirnya deflasi dan reli pasar saham. Indeks acuan ekuitas Topix telah melonjak sekitar 23 persen pada tahun 2023.