Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten properti yakni BSDE, CTRA, PWON, dan SMRA diperkirakan tersengat sejumlah katalis positif pada akhir 2023, akibat meluasnya ruang ekspansi hingga implementasi insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk pembelian rumah.
Analis CGS-CIMB Sekuritas Baruna Arkasatyo mengatakan bahwa sepanjang tahun ini beberapa pengembang indonesia mulai keluar dari zona nyaman, dengan fokus ekspansi yang menyasar luar wilayah Jabodetabek dan Surabaya.
Menurutnya, perluasan area ekspansi akan membantu PT Ciputra Development Tbk. (CTRA), PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), dan PT Pakuwon Jati Tbk. (PWON) mencapai pertumbuhan prapenjualan yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri secara keseluruhan.
Pemberlakuan insentif PPN rumah Ditanggung Pemerintah (DTP) atas penyerahan rumah tapak dan susun dengan harga terbesar Rp5 miliar juga akan menjadi pengungkit kinerja emiten properti.
Sebab, Baruna memandang berkat insentif pemerintah pada 2021-2022, emiten properti dapat memperbaiki net gearing. Alhasil, neraca yang lebih sehat membuat perusahaan mampu meningkatkan pendapatan berulang melalui akuisisi atau membangun aset.
“Kontribusi pendapatan berulang yang lebih tinggi dan karena stabilitas pendapatan yang lebih baik, menurut pandangan kami memerlukan penggandaan penilaian yang lebih tinggi,” ujarnya dalam riset yang dikutip pada Rabu (6/12/2023).
Baca Juga
Dia pun memposisikan saham CTRA sebagai pilihan utama CGS-CIMB Sekuritas. Hal ini dikarenakan perseroan memiliki peningkatan return on equity (ROE) dan valuasi yang menarik.
“Kami memiliki peringkat Tambah pada CTRA, PWON, BSDE, dan SMRA yang didukung oleh peningkatan pendapatan berulang kontribusi dan ROE sebagai katalis potensial,” tuturnya.
Baruna merekomendasikan saham CTRA dengan target harga Rp1.515 per lembar. Hal ini dikarenakan CTRA diperkirakan meraih pertumbuhan prapenjualan alias marketing sales sebesar 19% atau lebih tinggi dibandingkan para pesaingnya.
Adapun PWON memiliki target harga Rp515 per saham. Baruna mengatakan bahwa perseroan memiliki segudang potensi melalui akuisisi dan pembelian tanah untuk membangun mal baru. Sementara itu, saham SMRA memiliki target harga Rp715 per lembar.
Dari sisi kinerja, CTRA mencatatkan raihan pendapatan sebesar Rp6,5 triliun sepanjang periode Januari – September 2023. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pendapatan tersebut mencerminkan penurunan sebesar 8,83% secara tahunan.
Setelah diakumulasikan dengan berbagai pendapatan dan beban lain, CTRA menorehkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp1,18 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, Rp1,52 triliun.
Selanjutnya PWON membukukan laba bersih sebesar Rp1,48 triliun hingga kuartal III/2023, naik 24,82% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/YoY).
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2023 yang belum diaudit, peningkatan laba bersih seturut dengan naiknya pendapatan. Sepanjang Januari-September 2023, PWON meraih pendapatan Rp4,56 triliun atau bertumbuh 1,65% YoY.
Adapun SMRA sepanjang periode Januari-September 2023 mencetak laba bersih sebesar Rp653,02 miliar atau melesat 110,87% YoY. Seiring dengan hal itu, pendapatan mencatatkan pertumbuhan sebesar 20,63% YoY menjadi Rp5,08 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.