Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang pelat merah PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) memaksimalkan penjualan di pasar dalam negeri karena harga komoditas termasuk emas, nikel dan bauksit diprediksi akan fluktuatif tahun depan.
Direktur Utama Aneka Tambang Nico Kanter mengatakan ANTM akan mengoptimalkan pasar dalam negeri serta efisiensi biaya karena harga komoditas dirasa akan volatil pada 2024. Komoditas utama ANTM yaitu emas diramal akan mengalami peningkatan permintaan sementara pasar nikel dan bauksit global akan oversupply.
“Demand emas akan meningkat seiring dengan penurunan harga, sementara pasar nikel dan bauksit akan oversupply. Kami berfokus pada pelanggan domestik dan strategi cost leadership,” katanya saat paparan publik, Kamis (30/11/2023).
Nico menjelaskan pandangan ANTM terhadap komoditas emas si tahun depan masih dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diterapkan oleh the fed. Menurutnya adanya indikasi langkah moneter yang diambil oleh the fed dapat mendorong meningkatnya demand emas karena emas masih dipandang sebagai investasi safe haven.
ANTM meyakini bahwa pergerakan market akan mengarah pada penguatan permintaan emas, khususnya pada pasar domestik. Hal ini juga didukung oleh harga emas yang diproyeksikan mengalami sedikit penurunan dari harga saat ini yaitu di kisaran US$2.000 per troy ounce menjadi sekitar US$1.900 per troy ounce.
“Penurunan harga emas menjadi salah satu satu faktor pendorong peningkatan permintaan emas,” katanya.
Baca Juga
Hal itu membuat ANTM akan berfokus tetap pada basis pelanggan domestik salah satunya melalui penetrasi pasar dalam negeri yaitu daerah-daerah baru yang belum memiliki basis ANTM.
Sementara itu, berkaitan dengan nikel, menurut Nico pasar komoditas nikel diprediksi akan bearish melanjutkan tren di akhir tahun 2023. Menurutnya para analis juga memberikan prediksi yang tidak terlalu menjanjikan alias harga nikel ini akan terus mendapat tantangan untuk penurunan.
Meski terdapat potensi kenaikan stainless steel secara global namun dengan akselerasi proyek nikel di Cina dan Indonesia membuat pasar nikel oversupply baik sisi NPI, nickel sulfate dan juga nikel kelas 1.
“Di tengah tantangan seperti ini kami percaya ada peluang yang bisa diraih oleh Antam akan melakukan optimasi produksi bijih nikel dan penetrasi ke pasar dalam negeri dengan memaksimalkan kapasitas pengangkutan biji nikel ke pelanggan domestik,” kata Nico.
Oleh karena itu strategi ANTM untuk feronikel adalah cost leadership yang akan dilanjutkan untuk semakin meningkatkan efisiensi, salah satunya dengan mencari sumber energi alternatif dan biaya yang lebih kompetitif.
Kemudian terkait dengan bauksit. pasar bauksit diperkirakan akan surplus dengan Cina sebagai konsumen dan importir bauksit terbesar dunia. Sementara itu, dalam konteks Indonesia terdapat beberapa proyek pembangunan pabrik alumina yang sedang berjalan dengan estimasi total kapasitas produksi sebesar 8,98 juta ton per tahun.
“Potensi pertumbuhan produksi alumina di masa depan ini tentunya akan meningkatkan permintaan bauksit. Saat ini harga jual belum ditentukan oleh regulasi seperti halnya nikel,” jelasnya.
ANTAM juga akan melakukan optimasi produksi dengan memaksimalkan kapasitas pencucian dan kontrol kualitas.