Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak jatuh hampir 1% dalam sesi yang bergejolak pada perdagangan Rabu (22/11/2023) waktu setempat, karena produsen OPEC+ secara tak terduga menunda pertemuan mengenai pengurangan produksi, menimbulkan pertanyaan tentang pasokan minyak mentah global.
Brent berjangka ditutup 49 sen lebih rendah menjadi US$81,96 per barel, setelah jatuh lebih dari 4% ke level terendah US$78,41 di awal sesi. Minyak mentah West Texas Intermediate AS menetap 67 sen lebih rendah pada US$77,10, setelah turun lebih dari 5% ke sesi terendah $73,79 pada hari sebelumnya.
OPEC+ menunda pertemuan tersebut, yang semula dijadwalkan pada 26 November 2023, menjadi 30 November 2023. Hal itu cukup mengejutkan pasar dan mendorong harga minyak turun tajam di awal perdagangan. Dalam pertemuan tersebut, OPEC+ diperkirakan akan mendiskusikan apakah akan memperluas pengurangan produksi minyak.
Harga kembali bangkit setelah adanya berita bahwa perselisihan tersebut terkait dengan negara-negara Afrika, yang merupakan salah satu produsen kecil dalam kelompok tersebut, dan bukan eksportir minyak terbesar.
Beberapa pedagang juga menunjuk jika pelemahan terjadi karena rendahnya likuiditas menjelang liburan Thanksgiving di AS.
Pertemuan OPEC+, yang mencakup produsen utama Arab Saudi, Rusia dan sekutu lainnya serta anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), diperkirakan akan mempertimbangkan perubahan lebih lanjut terhadap kesepakatan yang sudah membatasi pasokan hingga tahun 2024, menurut analis dan sumber OPEC+.
Baca Juga
Penundaan tersebut memicu kekhawatiran bahwa lebih banyak produksi dapat dilakukan secara online dari produsen minyak dalam beberapa bulan mendatang, kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Peningkatan persediaan juga menekan harga lebih rendah pada Rabu pagi, katanya.
Persediaan minyak mentah AS naik 8,7 juta barel pada pekan lalu karena impor yang lebih tinggi, menurut Badan Informasi Energi (EIA).
Indeks Dolar AS (.DXY) pada perdagangan Rabu (22/11) bangkit kembali dari level terendahnya dalam 2 1/2 bulan setelah data ekonomi menunjukkan klaim pengangguran yang lebih rendah. Kenaikan greenback membuat minyak dalam mata uang dolar lebih mahal bagi pembeli dalam mata uang lainnya.
Kedua patokan minyak mentah tersebut telah jatuh selama empat minggu berturut-turut.
Untuk mendukung harga, OPEC dan sekutunya tidak hanya perlu memperluas, namun juga meningkatkan pengurangan produksi, kata John Evans dari pialang minyak PVM dalam sebuah catatan.
Awal pekan ini, panel teknis OPEC mengundang dealer pasar keuangan terkemuka untuk memberikan presentasi, yang dilihat oleh Reuters, yang menggambarkan prospek bearish untuk pasar minyak.
Bahkan jika negara-negara OPEC+ memperpanjang pengurangan produksinya hingga tahun depan, pasar minyak global akan mengalami sedikit surplus pasokan pada tahun 2024, kata kepala divisi pasar minyak dan industri Badan Energi Internasional (IEA) pada Selasa (22/11).