Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak berakhir datar pada perdagangan Selasa (21/11/2023) waktu setempat, setelah reli selama dua sesi, dengan investor berhati-hati menjelang pertemuan OPEC+ pada hari Minggu (26/11), ketika kelompok produsen mungkin membahas pengurangan pasokan yang lebih dalam karena melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Minyak mentah berjangka Brent ditutup 13 sen lebih tinggi pada US$82,45 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 6 sen menjadi $77,77.
Harga minyak mengurangi kerugiannya akhir-akhir ini, dengan satu sesi lagi sebelum libur Thanksgiving AS pada hari Kamis (23/11), yang biasanya menghasilkan volume perdagangan minyak yang lebih rendah.
“Memasuki akhir pekan yang panjang, pasar lebih memilih untuk mengambil posisi long daripada short,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates kepada Reuters.
Pada hari Senin (20/11), kedua kontrak naik sekitar 2% setelah tiga sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok tersebut, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutunya, akan mempertimbangkan pengurangan pasokan minyak tambahan ketika bertemu pada 26 November.
OPEC+ kemungkinan akan memperpanjang atau bahkan memperdalam pengurangan pasokan minyak hingga tahun depan, prediksi delapan analis.
Baca Juga
“Kami melihat adanya ruang bagi kelompok tersebut untuk melakukan pengurangan lebih dalam, namun kami mengantisipasi bahwa Arab Saudi akan mencari tambahan barel dari anggota lain untuk berbagi beban penyesuaian,” kata analis RBC Capital, Helima Croft.
Bahkan jika negara-negara OPEC+ memperpanjang pengurangan produksinya hingga tahun depan, pasar minyak global akan mengalami sedikit surplus pasokan pada tahun 2024, kata kepala divisi pasar dan industri minyak Badan Energi Internasional (IEA) pada hari Selasa.
Namun saat ini, pasar minyak berada dalam defisit dengan stok yang menurun "dengan cepat", kata Toril Bosoni di sela-sela konferensi di Oslo.
Stok minyak mentah AS naik hampir 9,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 17 November, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa (21/11).
Persediaan bensin turun sekitar 1,79 juta barel, sementara persediaan sulingan turun sekitar 3,5 juta barel.
Minyak telah turun sekitar 16% sejak akhir September karena produksi minyak mentah di AS, produsen utama dunia, berada pada rekor tertinggi, sementara pasar khawatir terhadap pertumbuhan permintaan dan potensi perlambatan ekonomi.
Pelaku pasar terus memantau perkembangan di Teluk Meksiko, seiring para pejabat AS mengatakan tujuh perusahaan energi terkena dampak pembuangan minyak di dekat sistem pipa Main Pass Oil Gathering Co (MPOG) yang diperkirakan telah mengeluarkan lebih dari satu juta galon minyak mentah.