Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah ke Level Rp15.568 saat Dolar AS Naik

Nilai tukar rupiah dibuka melemah ke Rp15.568 pada perdagangan hari ini, Rabu (22/11/2023), di saat indeks dolar AS menguat tipis ke ke 103,58.
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (30/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (22/11/2023), di saat indeks dolar AS menguat tipis ke ke 103,58.

Mengutip data Bloomberg, rupiah melemah 128,5 poin atau 0,83% menuju level Rp15.568,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat tipis 0,02% ke 103,58.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia dibuka melemah. Won Korea, semisal, melemah 0,50% diikuti baht Thailand yang turun 0,10%, dan peso Filipina melemah 0,24%. Adapun yen Jepang menguat 0,09% dan yuan China naik 0,03%.

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sentimen eksternal, membaiknya sentimen risiko dan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga. Sehingga hal itu menjadi katalis positif penguatan rupiah dan mata uang Asia.

"Hal ini terjadi ketika imbal hasil obligasi AS telah jatuh ke level terendah dalam dua bulan, yang mengindikasikan potensi pergeseran arah kebijakan moneter," ujar Ibrahim.

Di lain sisi, Bank Sentral Eropa (ECB) kemungkinan masih menaikkan suku bunga meskipun beberapa perkiraan mengantisipasi penurunan suku bunga.

Sebaliknya, di Amerika Serikat, data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang lebih lemah dari perkiraan telah menyebabkan pasar mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada awal Maret 2024.

Selain itu, kata Ibrahim, optimisme terhadap China juga menjadi sentimen positif. Pemerintah China tengah menyiapkan lebih banyak dukungan kebijakan untuk sektor properti yang sedang terpuruk di negara tersebut, yang merupakan salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu.

Dari sentimen internal, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2023 membaik dengan mencatat defisit US$ 1,5 miliar, lebih rendah dibandingkan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar US$7,4 miliar.

Kondisi tersebut ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial yang membaik. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September tercatat tetap tinggi sebesar US$134,9, atau setara dengan pembiayaan 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp.15.410 sampai Rp15.490," pungkas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper