Bisnis.com, JAKARTA – Reli saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) terhenti setelah sebelumnya berhasil mencapai level tertinggi 2 bulan. Namun, sejumlah analis masih meyakini saham GOTO bakal menembus level Rp100.
Pada perdaganan Rabu (22/11/2023) sesi I, saham GOTO turun 3,41% atau 3 poin menjadi Rp85. Sepanjang sesi, saham GOTO bergerak di rentang Rp83-Rp89.
Total transaksi saham GOTO mencapai Rp310,76 miliar. Saham GOTO menjadi yang paling laris ketiga pagi ini, di bawah AMMN dengan transasi Rp358,6 miliar dan BBRI Rp328,2 miliar.
Reli saham GOTO pun terhenti setelah kemarin juga terkoreksi. Sebelumnya pada Senin (20/11/2023), saham GOTO berada di posisi Rp89, yang menjadi level tertinggi 2 bulan sejak 20 September 2023 di harga Rp90.
Konsensus analis di Bloomberg berekspektasi target rata-rata saham GOTO mencapai Rp100. Sejumlah 23 analis merekomendasikan beli, 11 analis menyarankan tahan, dan 3 analis merekomendasikan jual.
Sementara itu, Maybank Sekuritas Indonesia menargetkan saham GOTO di level Rp110, sedangkan Ciptadana Sekuritas optimistis nilai emiten teknologi per unitnya bisa ke Rp150.
Baca Juga
Kendati terjadi silang pendapat, kedua sekuritas tersebut masih merekomendasikan beli karena sejumlah faktor. Analis Ciptadana Sekuritas Gani mengungkapkan setelah GOTO mencapai Ebitda positif maka tujuan GOTO selanjutnya adalah menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan.
“Perlambatan pertumbuhan telah menjadi perhatian investor selama beberapa kuartal terakhir, terutama di tengah periode pemotongan insentif dan semakin ketatnya persaingan. Untuk menghidupkan kembali pertumbuhan, manajemen menyampaikan bahwa mereka bermaksud untuk mencapai hal ini dengan memperbesar pasar melalui peluncuran produk yang lebih ekonomis untuk melayani pelanggan kelas bawah,” ungkapnya dalam riset, Selasa (14/11/2023).
Adapun focus manajemen untuk berinvestasi pada unit bisnis keuangan dan logistic akan menjangkau pelanggan kelas bawah dengan menawarkan harga yang kompetitif. Sementara utuk Goto Financial akan terus mempercepat pertumbuhan pinjamannya, bekerja sama dengan Bank Jago serta meluncurkan produk pinjaman tunai ke Tokopedia.
“Kami ,empertahankan rekomendasi beli GOTO pada harga Rp150 per saham target harga berasal dari penilaian SOTP. Valuasi yang ada saat ini cukup menarik karena sudah sejajar dengan perusahaan sejenis,” ungkapnya.
Di sisi lain, Analis Maybank Sekuritas Etta Rusdiana juga meyakini unit bisnis keuangan adalah pendorong pendapatan masa depan bagi GOTO. Pertama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mempunyai rekening bank.
Faktor kedua, pembiayaan diperlukan untuk mendanai gaya hidup masyarakat dan yang ketiga utang rumah tangga terhadap PDB di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 9,3%.
“GOTO Financial memperluas penawaran produknya dengan Go-Pay Tabungan oleh Bank Jago yang memberikan pinjaman tunai di Tokopedia dan Aplikasi Go-Pay. Sementara itu, kami mengasumsikan adanya peningkatan dalam bisnis fintech, memproyeksikan GTV sebesar Rp396,4 triliun pada 2023, Rp495 triliun pada 2024 dan Rp594,7 triliun pada 2025 dengan asumsi net take rate sebesar 0,5% untuk periode tersebut,” tegasnya.
Oleh sebab itu, Etta merekomendasikan beli dengan valuasi yang mendasarkan pada SOTP dari EV/sales atau setara 1,0 kali PBV pada 2025.
"Kami berpendapat GOTO mampu mempertahankan tingkat efisiensi, sehingga EBITDA yang disesuaikan dapat positif pada kuartal IV/2023," kata Etta.
Perihal ekspansi Tokopedia ke social commerce Etta meyakini hal tersebut akan sangat strategis. Pasalnya, live streaming akan memicu kinerja Tokopedia karena memiliki paparan yang rendah terhadap produk-produk yang perlu didemonstrasikan, seperti make up dan gaya pakaian.
GOTO juga diuntungkan dengan peluang kerja sama dengan TikTok dalam e-commerce karena mampu menjadi kandidat terkuat untuk mitra dalam social commerce berkat layanannya yang terintegrasi dan pengetahuan pasar yang mendalam. "Kami berpendapat bahwa kemitraan TikTok-Tokopedia mungkin terjadi, meskipun belum ada konfirmasi dari kedua belah pihak," ujarnya.
----
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.