Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Tersengat Saham Teknologi, IHSG & GOTO Malah Beda Nasib

Saham-saham di Bursa Asia mayoritas menguat, namun IHSG tertahan di zona merah pada akhir perdagangan sesi pertama hari ini.
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas saham-saham di Bursa Asia menguat pada Selasa (21/11/2023) didukung oleh penguatan Wall Street. Namun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,57% atau 40 poin ke 6.954,88 pada akhir perdagangan sesi pertama hari ini.

Saham-saham teknologi tampak berkinerja terbaik di Asia. Di pasar Indonesia, saham PT Indointernet Tbk. (DNET) milik Toto Sugiri melesat 19,64% ke level Rp6.700, saham PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) naik 1,92%, sedangkan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) justru ambles 1,12%.

Indeks pengembang prosperti China naik sebanyak 7,6%, bersiap untuk kenaikan terbesar sejak September setelah Bloomberg melaporkan bahwa regulator China sedang menyusun daftar 50 pengembang yang memenuhi syarat untuk berbagai pembiayaan.

Lebih lanjut, imbal hasil obligasi pemerintah AS mempertahankan kenaikannya di perdagangan Asia setelah lelang surat utang AS tenor 20 tahun yang kuat di sesi sebelumnya. Tak lama setelah hasil lelang, imbal hasil tenor 10 tahun berbalik arah dan turun menjadi sekitar 4,4% pada hari Senin, mendorong dolar ke level terendah dalam 11 minggu.

Greenback melanjutkan pelemahan terhadap mata uang lain di Kelompok 10 pada hari Selasa di tengah spekulasi bahwa suku bunga AS mungkin telah mencapai puncaknya, sementara yuan China menguat melampaui penetapan harian untuk pertama kalinya sejak Juli 2023.

“Tren penurunan mini dalam dolar masih akan berlanjut, Sementara itu, yen Jepang menuju kenaikan hari keempat didukung melemahnya dolar," kata Richard Franulovich, kepala strategi FX di Westpac Banking Corp, mengutip Bloomberg, Selasa (21/11/2023).

Di Tiongkok, obligasi emiten properti menguat seiring dengan penguatan saham mereka. Hal ini sejalan dengan masuknya daftar putih (white list) yang membantu mengurangi kekhawatiran pasar terhadap keruntuhan di sektor properti.

“Secara keseluruhan, kami senang mendengar bahwa regulator lebih proaktif untuk membantu sektor ini. Bagi pengembang properti yang memiliki masalah likuiditas, masih terlalu dini untuk mengharapkan mereka mendapatkan keuntungan dalam waktu dekat.” Kata Raymond Cheng, kepala penelitian Tiongkok dan Hong Kong di CGS-CIMB Securities.

Petunjuk lebih lanjut mengenai pemulihan di China mungkin datang dari Baidu Inc. serta Kuaishou Technology yang sedang dalam proses untuk melaporkan laporan keuangan pada Selasa.

Di sektor kecerdasan buatan, investor OpenAI masih berusaha mengembalikan salah satu pendiri Sam Altman ke peran kepemimpinan di pembuat ChatGPT.

Sebelumnya, saham Microsoft Corp. naik ke rekor baru setelah mempekerjakan Altman dan Greg Brockman untuk memimpin tim risetnya. Pada akhir perdagangan AS, saham Zoom Video Communications Inc. naik karena penjualan yang lebih baik dari perkiraan, sementara Nvidia Corp. akan melaporkan kinerja kuartalannya pada Selasa waktu setempat.

Obligasi AS

Para invetsor juga terpaku pada penjualan obligasi AS, terutama setelah AS baru-baru ini menawarkan premi yang sangat besar untuk menjual surat berharga dengan tenor 30 tahun. Lelang tersebut semakin mempengaruhi saham, menggarisbawahi bagaimana jalur suku bunga mencengkeram pasar akhir-akhir ini. Lelang obligasi 20 tahun menghasilkan imbal hasil sebesar 4,78%, dibandingkan dengan tingkat pra-penjualan sebesar 4,79%.

Setelah jeda lebih dari tiga dekade, Departemen Keuangan AS menghidupkan kembali obligasi bertenor 20 tahun pada Mei 2020. Sebelum lelang Senin, Departemen Keuangan AS belum menjual sekuritas tersebut selama minggu libur Thanksgiving. Mereka diperdagangkan dengan harga diskon untuk obligasi jangka panjang lainnya, yang menyebabkan tingkat kekhawatiran menjelang penjualan.

“Treasuries menawarkan imbal hasil yang sangat menarik. Dan meskipun potensi apresiasi modal mungkin terbatas dalam menghadapi perlambatan ekonomi yang akan datang, jaminan pendapatan yang stabil dari Treasury menjadikannya pilihan tepat bagi investor yang memprioritaskan stabilitas menjelang tahun 2024 yang penuh ketidakpastian,” tulis Principal Asset Management.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper