Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah kembali dibuka menguat terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (21/11/2023) saat indeks dolar tergerus.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,36% atau 59 poin ke posisi Rp15.366 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau melemah hingga 0,11% ke level 103,255.
Mayoritas mata uang Asia lainnya bergerak menguat di hadapan dolar AS. Yen Jepang naik 0,22%, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Singapura melemah 0,09%, dolar Taiwan naik 0,46%.
Kemudian won Korea menguat 0,31%, peso Filipina naik 0,30%, yuan China perkasa 0,36%, ringgit Malaysia naik 0,45% dan bath Thailand menguat 0,28%.
Hanya rupee India yang melemah 0,09% terhadap dolar AS.
Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di kisaran Rp15.400- Rp15.510 per dolar AS.
Baca Juga
Ibrahim menilai dalam jangka pendek, pasar terfokus pada risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan Oktober. Bank Sentral AS diperkirakan mempertahankan suku bunganya tetap stabil dan memberi isyarat bahwa The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
"Adapun volume perdagangan pasar mata uang diperkirakan agak terbatas pada minggu ini, karena ada libur Thanksgiving di AS," kata Ibrahim dalam risetnya.
Sentimen mancanegara lainnya, kata Ibrahim, adalah langkah Bank sentral China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman pada rekor terendah, sebagai upaya untuk mendorong pemulihan ekonomi lokal.
Bank tersebut juga menyuntikkan sekitar 80 miliar yuan likuiditas ke dalam perekonomian, sebagian besar mempertahankan laju suntikan dana tunai untuk mendukung pertumbuhan. Para pejabat pemerintah China juga berjanji akan memberikan lebih banyak dukungan kebijakan bagi sektor properti yang terkepung di negara tersebut.
Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar dinilai optimistis terhadap proyeksi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia pada 2024 tetap menunjukkan tren yang tinggi, didorong oleh perhelatan pemilu yang memicu kegiatan ekonomi.
"Pelaksanaan pemilu akan menggerakkan perekonomian dengan memicu belanja domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 tetap berkisar antara 5-6 persen karena daya beli masyarakat yang masih kuat," kata Ibrahim.
Sebelumnya, konsumsi masyarakat pada kuartal III 2023 tetap stabil, tercermin dari kondisi pasokan dari sektor manufaktur yang terus berada di zona ekspansif dengan indeks manufaktur (PMI) di atas 50 persen.