Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten-emiten batu bara seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) tercatat telah melemah sejak awal tahun hingga saat ini. Lantas, apakah saham-saham batu bara ini menarik untuk dikoleksi?
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan momen bagi investor untuk masuk ke saham batu bara saat ini menjadi menarik. Pasalnya, secara price to book value (PBV) sudah tergolong kecil.
"Ditambah lagi biasanya harga batu bara secara siklus tahunan ada kenaikan seiring peningkatan permintaan untuk musim dingin," kata Felix, Selasa (21/11/2023).
Menurut Felix, hal tersebut berpeluang meningkatkan volume penjualan emiten batu bara pada kuartal IV/2023 ini, seiring dengan target peningkatan produksi 2023 ini pada mayoritas emiten batu bara.
"Namun, kami secara umum masih relatif netral untuk saham batu bara, terlihat dr rekomendasi kami karena kenaikan harga batu bara tersebut relatif musiman," ujar Felix.
Sebagai informasi, beberapa saham batu bara di kelompok indeks LQ45 telah mencatatkan PBV yang cukup rendah. Saham ADRO misalnya, mencatatkan PBV sebesar 0,79 kali.
Baca Juga
Demikian juga dengan ITMG yang mencatatkan PBV 1,1 kali, PTBA sebesar 1,45 kali, dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) dengan PBV 0,42 kali.
Sebelumnya, Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas ChangKun Shin menuturkan saham INDY cukup undervalue untuk saat ini.
Dia menjelaskan, saat ini secara valuasi saham INDY masih diperdagangkan dengan price to earning (PE) 4x dan price to book value (PBV) sebesar 0,42x, dengan memperhatikan harga terakhir di Rp1.515. Dengan hitungan tersebut, Kiwoom Sekuritas melihat saham INDY masih tergolong undervalue atau berada di bawah harga wajarnya.
_________________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.