Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang BUMN PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyiapkan sejumlah strategi menghadapi penurunan harga batu bara. Salah satu strategi tersebut adalah menjaga efisiensi bisnis peseroan.
Corporate Secretary PTBA Niko Chandra menjelaskan harga batu bara dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti fluktuasi permintaan dan persediaan, dinamika harga komoditas energi lain, kondisi cuaca, hingga situasi geopolitik.
"PTBA berusaha untuk tetap agile dan cepat tanggap dalam menghadapi kondisi-kondisi eksternal tersebut," kata Niko, Jumat (17/11/2023).
Ke depan, lanjutnya, PTBA telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk menjaga kondisi keuangan PTBA tetap sehat. Langkah tersebut seperti terus mengoptimalkan pencapaian kinerja operasional, hingga melakukan efisiensi pada seluruh lini dan proses bisnis perusahaan.
Dari sisi penjualan, kata Niko, PTBA memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan bagus. "Karena itu, kami optimistis dapat menjaga kinerja tetap positif," tuturnya.
Adapun berdasarkan data Barchart, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 tercatat melemah 0,36% ke level US$125,5 per metrik ton. Sementara itu, hara batu bara dengan kontrak terbanyak, yakni Januari 2024 melemah ke level US$127,6 per metrik ton.
Baca Juga
Sebelumnya, Niko menuturkan salah satu tantangan bagi kinerja PTBA sepanjang tahun ini adalah adanya koreksi harga batu bara dan fluktuasi pasar.
Sebagai informasi, selama periode Januari-September 2023, PTBA mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,8 triliun atau turun 62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, Rp10 triliun.
Selain itu, PTBA juga membukukan penurunan pendapatan sebesar Rp27,7 triliun, turun 12,16% year-on-year (YoY). Adapun total aset perusahaan per 30 September 2023 mencapai Rp36,0 triliun.