Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Utama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. Patrick S. Walujo mengungkapkan bahwa untuk mencapai laba positif tidak sulit, tetapi keberlangsungan untuk mempertahankan bisnis tetap berkelanjutan adalah suatu hal yang menantang.
Hal itu disampaikan Patrick Walujo dalam diskusi dengan pemimpin media di Jakarta, awal pekan ini. Pada kesempatan itu Patrick ditanya apakah pada kuartal IV/2023 akan membukukan EBITDA positif.
“[EBITDA] Positif itu tidak terlalu sulit. Ekstrimenya teman-teman ODS [on demand service] dan e-commerce hentikan promosi, lusa langsung profit,” ujarnya.
EBITDA adalah Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Secara umum, istilah ini adalah alat yang digunakan untuk mengukur performa keuangan sebuah perusahaan.
Emiten berkode saham GOTO itu sendiri menargetkan pada tahun ini mampu mencatatkan EBITDA positif setelah sejak melantai di bursa pada tahun lalu dirundung kerugian hingga triliunan rupiah.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2023, bisnis ODS atau Gojek pada GOTO nyaris impas dari EBITDA yang disesuaikan atau adjusted EBITDA.
Baca Juga
Lini bisnis ini membukukan adjusted EBITDA minus Rp48 miliar, menyusut 95% apabila dibandingkan dengan minus Rp962 miliar pada periode yang sama pada tahun lalu.Adapun adjusted EBITDA pada lini e-commerce (Tokopedia) masih minus Rp222 miliar, financial technology (GoPay) minus Rp388 miliar, dan GoTo Logistics membukukan minus Rp113 miliar.
Patrick menyampaikan, apabila perseroan memangkas biaya promosi, dampaknya bakal terasa pada transaksi pada lini bisnis. Konsumen, sambungnya, bakal pindah ke kompetitor langsung.
“Kita punya kompetitor pesta pora [bila promosi dihilangkan], karena semua costumer akan pindah ke mereka. Karena keadaan keuangan untuk kehilangan darah, dalam arti uang, dengan level saat ini kita merasa make sure tetap relevan dan compit dengan mengikuti jejak rekan kita,” terangnya.
Hal itu, sambungnya, berkaca dari pengalaman kuartal sebelumnya, nilai transaksi perseroan, merosot karena pengurangan promosi. “Kita merasa penting untuk fightback, memang ada risiko profit di ODS dan ecommerce.”
GOTO secara besar-besaran memangkas biaya iklan dan pemasaran. Berdasarakan laporan keuangan September 2023 pos promosi turun 53,4% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp1,5 trilun.
Beberapa biaya yang dipangkas di antaranya beban umum dan administrasi berkurang hingga 57% menjadi Rp4,61 triliun dari periode sebelumnya Rp8,63 triliun. Beban lainnya yakni beban penjualan dan pemasaran juga berkurang sebesar 47% menjadi Rp 4,82 triliun, dari sebelumnya Rp11,27 triliun.
Pengurangan beban itu mampu mengikis rugi bersih GOTO pada kuartal III/2023 sebesar 53% menjadi Rp9,5 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp20,32 triliun.
Namun, langkah efisiensi yang dilakukan berdampak pada nilai transaksi pada bisnis jasa ride hailing dan e-commerce. Secara kuartalan, pada kuartal III/2023 GOTO mencatatkan nilai transaksi kotor (GTV) tumbuh 5% menjadi Rp151,3 triliun dibandingkan dengan kuartal II/2023.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya GTV mencatatkan penurunan 6% yoy. Hal itu disebabkan oleh penurunan insentif dan pemasaran produk. Pendapatan bruto GOTO tercatat tumbuh tipis 1% yoy mencapai Rp6 triliun.
Sementara itu, kompetitor GOTO, Grab Holdings Ltd. telah membukukan laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kalinya dalam sejarah. Grab membukukan adjusted EBITDA mencapai US$29 juta atau Rp454 miliar pada kuartal III/2023.
Laba ini jauh di atas proyeksi analis yang rata-rata memperkirakan laba senilai US$9,5 juta. Perlambatan pertumbuhan telah mendorong Grab untuk fokus pada profitabilitas dan pengendalian biaya.
Kinerja GRAB
Sementara itu, perusahaan superapp Grab Holdings Ltd. membukukan laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kalinya dalam sejarah setelah berdiri lebih dari satu dekade.
Melansir Bloomberg, Jumat (10/11/2023), Grab mengatakan bahwa laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi yang disesuaikan atau adjusted EBITDA mencapai US$29 juta atau Rp454 miliar pada kuartal III/2023.
Laba ini jauh di atas proyeksi analis yang rata-rata memperkirakan laba senilai US$9,5 juta.
Perusahaan yang berbasis di Singapura ini telah berekspansi dengan cepat di seluruh Asia Tenggara sejak didirikan pada tahun 2012.
Sejak berdiri, Grab terus mengalami kerugian yang semakin besar seiring dengan pengeluaran untuk menarik para mitra pengemudi dan pengguna di tengah persaingan yang ketat dengan kompetitornya seperti GoTo dan Sea Ltd.