Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan superapp Grab Holdings Ltd. membukukan laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sementara pesaingnya, yakni PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) masih mencatatkan rugi Rp9,5 triliun hingga kuartal III/2023.
Sejatinya, berbagai langkah sudah ditempuh manajemen GOTO untuk memperbaiki kinerja keuangan perusahaan pemilik aplikasi Gojek tersebut.
Direktur Utama GOTO Patrick Sugito Walujo bahkan bertekad untuk melanjutkan program efisiensi untuk mengejar target laba. Namun, manajemen menutup opsi pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan untuk mengejar target itu.
“Kami tidak layoff. Kami akan melakukan efisiensi,” ujarnya saat bertemu dengan media di kantornya beberapa waktu lalu.
Dia menjelaskan, langkah efisiensi yang akan ditempuh dengan mengurangi biaya teknologi. Menurut dia, biaya terbesar yang dikeluarkan GOTO justru datang dari teknologi, bukan faktor sumber daya manusia.
“Kami banyak [pengeluaran] dari technology cost. Salah satunya cloud. Ada banyak non human cost cukup besar. Di pos ini kami melihat masih banyak bisa melakukan efisiensi dengan cara lebih agresif, tanpa menurunkan kualitas layanan konsumen,” terangnya.
Baca Juga
Seperti diketahui, GOTO sempat melakukan PHK karyawan terhadap 1.300 orang atau sekitar 12% karyawan pada November 2022. Alhasil, pada 31 Desember 2022 jumlah karyawan GOTO mencapai 9.287 orang.
Setelah itu, pada 10 Maret 2023 GOTO kembali melakukan PHK terhadap 600 orang. Langkah itu dinilai sebagai bagian dari pembaruan strategi untuk efisiensi agar perusahaan berkelanjutan.
Perseroan juga memangkas biaya iklan dan pemasaran secara besar-besaran. Berdasarakan laporan keuangan September 2023 pos promosi turun 53,4% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp1,5 trilun.
Beberapa beban yang mampu dipangkas di antaranya beban umum dan administrasi berkurang hingga 57% menjadi Rp4,61 triliun dari periode sebelumnya Rp8,63 triliun. Beban lainnya yakni beban penjualan dan pemasaran juga berkurang sebesar 47% menjadi Rp 4,82 triliun, dari sebelumnya Rp11,27 triliun.
Pengurangan beban itu mampu mengikis rugi bersih GOTO pada kuartal III/2023 sebesar 53% menjadi Rp9,5 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp20,32 triliun.
Diberitakan sebelumnya, Grab Holdings Ltd. membukukan laba sebelum pajak yang disesuaikan untuk pertama kalinya dalam sejarah setelah berdiri lebih dari satu dekade.
Melansir Bloomberg, Jumat (10/11/2023), Grab mengatakan bahwa laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi yang disesuaikan atau adjusted EBITDA mencapai US$29 juta atau Rp454 miliar pada kuartal III/2023.
Laba ini jauh di atas proyeksi analis yang rata-rata memperkirakan laba senilai US$9,5 juta.
Perlambatan pertumbuhan telah mendorong Grab untuk fokus pada profitabilitas dan pengendalian biaya. Grab mengatakan pada bulan Juni bahwa mereka akan melakukan PHK terhadap lebih dari 1.000 karyawan.
Analis Evercore ISI Mark Mahaney mengatakan tren di seluruh segmen ride-hailing Grab menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang jelas
"Akselerasi lebih lanjut diperkirakan akan terjadi pada kuartal ini,” ungkap Mahaney seperti dikutip Bloomberg, Jumat (10/11/2023).
Sementara itu, pendapatan Grab naik 61% menjadi US$615 juta selama kuartal tersebut, melambat dari tahun-tahun sebelumnya karena pelanggan di Asia Tenggara membatasi pengeluaran akibat inflasi dan suku bunga yang tinggi.
Pertumbuhan permintaan juga melambat seiring dengan meluasnya basis pelanggan Grab dan berkurangnya kesediaan konsumen untuk membayar lebih mahal demi kenyamanan pemesanan kendaraan dan pengantaran makanan di tengah kondisi ekonomi makro yang penuh tantangan.
Tercapainya profitabilitas merupakan langkah besar dalam upaya Grab untuk membuktikan kepada para investor bahwa mereka dapat menghasilkan keuntungan.
Meskipun Grab memimpin pasar ride-hailing dan pengantaran di Asia Tenggara, Grab masih belum mencapai laba bersih karena harus terus mengeluarkan biaya untuk menangkis saingannya seperti GoJek Indonesia dari GoTo.
Perusahaan yang berbasis di Singapura ini telah berekspansi dengan cepat di seluruh Asia Tenggara sejak didirikan pada tahun 2012. Sejak berdiri, Grab terus mengalami kerugian yang semakin besar seiring dengan pengeluaran untuk menarik para mitra pengemudi dan pengguna di tengah persaingan yang ketat dengan kompetitornya seperti GoTo dan Sea Ltd.
Chief Financial Officer Peter Oey mengatakan salah satu target Grab selanjutnya adalah arus kas bebas yang positif, yang diharapkan dapat dicapai pada akhir tahun 2024.
”Nilai barang dagangan bruto pada bisnis mobilitas Grab, atau nilai total barang dan jasa yang terjual, ditargetkan untuk mencapai tingkat sebelum pandemi pada akhir tahun ini,” katanya.
Grab juga mengatakan bahwa kerugian setahun penuh yang telah disesuaikan diperkirakan mencapai US$20 juta hingga US$25 juta, turun dari dari US$30 juta - US$40 juta pada perkiraan Agustus lalu.