Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup perkasa di hadapan dolar AS. Rupiah ditutup pada level Rp15.539 hari ini, Senin (6/11/2023) meski data pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pelambatan.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 1,20% terhadap greenback. Rupiah melaju naik 188,5 poin menjadi Rp15.539 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,08% atau 0,08 poin ke level 104,93.
Tak hanya rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia juga ditutup perkasa seperti won Korea Selatan yang naik 1,84%, dan ringgit Malaysia naik 1,79% di hadapan dolar AS. Mata uang lain yang menguat adalah dolar Singapura naik 0,30%, dolar Hong Kong naik 0,04%, dolar Taiwan naik 0,53%, dan peso Filipina naik 0,34%.
Rupee India dan baht Thailand juga ditutup menguat, masing-masing naik 0,08% dan 0,44%. Sementara itu, mata uang yen Jepang turun 0,02% dan yuan China melemah 0,03% di hadapan dolar AS.
Pengamat Pasar Uang Lukman Leong menjelaskan rupiah menguat di tengah sentimen risk off pasar dan perlemahan besar dolar AS. Lukman menjelaskan pelemahan dolar diakibatkan oleh data ekonomi AS non-farm payroll (NFP) dan ISM Manufacturing Index yang lebih lemah pada hari Jumat (3/11/2023).
Baca Juga
"Namun, rupiah sedikit terkoreksi setelah data pertumbuhan ekonomi PDB kuartal III/2023 yang lebih rendah dari perkiraan," kata Lukman dihubungi, Senin (6/11/2023).
Lukman melanjutkan, rupiah berpotensi melanjutkan penguatan, dengan investor mengantisipasi data perdagangan China yang diperkirakan akan lebih baik dari bulan lalu. Namun, kata Lukman, tentunya rupiah juga akan melemah apabila data dari China ternyata di bawah harapan.
Dengan absennya data ekonomi penting dari AS, dolar AS sendiri diperkirakan akan tertekan dan melanjutkan pelemahan minggu ini.
Adapun Lukman memperkirakan mata uang rupiah besok akan diperdagangkan pada level Rp15.500-Rp15.600.