Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Menguat saat Pasar Waspada Keputusan Bank Central Jepang

Mata uang rupiah ditutup menguat saat indeks dolar terpantau naik pada perdagangan hari ini Senin (30/10/2023).
Warga memegang sejumlah uang rupiah di Pasar Petisah, Medan, Sumatra Utara pada Minggu (29/1/2023). - Bloomberg/Dimas Ardian
Warga memegang sejumlah uang rupiah di Pasar Petisah, Medan, Sumatra Utara pada Minggu (29/1/2023). - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup menguat saat indeks dolar terpantau naik pada perdagangan hari ini Senin (30/10/2023). Penguatan rupiah terjadi saat pasar waswas terhadap keputusan suku bunga Bank of Japan (BOJ) 

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,30% ke level 15.890 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar menguat 0,11% ke level 106,49. Mayoritas mata uang Asia lainnya terpantau bergerak bervariasi. 

Mata uang yang menguat di hadapan dolar AS adalah Yen Jepang yang naik 0,09%, dolar Singapura menguat 0,15%, dolar Taiwan naik 0,10%, won Korea naik 0,35%, peso Filipina naik 0,17%, ringgit Malaysia menguat 0,26% dan bath Thailand menguat 0,20%. 

Sementara itu, mata uang yang melemah adalah dolar Hong Kong turun 0,01%, rupee India melemah 0,02% dan yuan China turun 0,01%. 

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar menguat terhadap mata uang lainnya, mempertahankan sebagian besar kenaikannya dari minggu lalu karena sebagian besar pasar masih khawatir terhadap keputusan suku bunga Fed pada hari Rabu dan Imbal hasil Treasury AS juga menguat pada hari Senin, masih berada dalam jangkauan puncak baru-baru ini.

Sementara itu pasar masih berfokus pada BOJ. BOJ memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari pada hari Senin, memimpin minggu ini yang juga akan melihat keputusan suku bunga dari Federal Reserve AS dan Bank of England.

Fokusnya  pasar saat ini adalah pada kesimpulan pertemuan BOJ pada hari Selasa, di mana bank sentral diperkirakan akan mengumumkan perubahan lebih terhadap kebijakan pengendalian kurva imbal hasil lebih lanjut, karena bank sentral tersebut bergulat dengan inflasi yang tinggi.

Para ekonom optimistis bahwa ekonomi Indonesia bisa tumbuh di angka 5 persen di tengah adanya dua konflik geopolitik, membuat dinamika global masih diterpa ketidakpastian. Belum usai konflik antara Rusia-Ukraina, dunia saat ini mengalami turbulensi kembali. Serangan Hamas ke Israel memicu ketegangan di wilayah Timur Tengah. Pasokan komoditas kembali tersendat. Naiknya harga minyak memberi dampak ke berbagai negara. 

Sektor energi dan pangan ini adalah faktor pemicu inflasi secara global. Padahal sebelum ada perang tersebut, pressure dari inflasi global sudah mulai menurun, namun ternyata semua dikagetkan oleh perang Hamas dan Israel.

Sementara itu, pada perdagangan besok, Selasa (31/10/2023), Ibrahim memproyeksikan rupiah dibuka fluktuatif namun ditutup melemah ke level Rp15.870 hingga Rp15.950. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper