Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke level Rp15.815 pada hari ini, Kamis (19/10/2023), usai Bank Indonesia (BI) mengerek naik suku bunga acuan menjadi 6%.
Mengutip data Bloomberg, Kamis (19/10/2023) pukul 15.10 WIB, rupiah melemah 0,54% atau 85 poin menuju level Rp15.815. Di tengah pelemahan nilai tukar rupiah, indeks dolar AS terus merangkak naik ke posisi 106,58.
Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia turut tertekan di hadapan dolar AS. Contohnya adalah won Korea yang melemah 0,59%, peso Filipina melemah 0,27%, ringgit Malaysia melemah 0,44%, serta Baht Thailand yang terkoreksi 0,29%.
Di sisi lain, dua jenis mata uang justru terpantau menguat pada akhir perdagangan sore ini. Keduanya adalah yen Jepang yang menguat 0,09% serta dolar Hong Kong yang tercatat naik 0,05%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menyebut pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh lonjakan imbal hasil atau yield obligasi Amerika Serikat (AS), yang mendukung peningkatan indeks dolar AS.
Adapun, Ibrahim menilai bahwa fokus pelaku pasar saat ini masih tertuju pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang diperkirakan mengulangi pendiriannya mengenai suku bunga acuan yag lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Baca Juga
Sementara itu, dari dalam negeri, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6% dan menjadi yang pertama sejak Januari 2023 saat RDG BI mengerek suku bunga acuan ke level 5,75%.
Seiring dengan kenaikan suku bunga acuan BI, suku bunga deposit facility juga tercatat naik menjadi 5,25% dan suku bunga lending facility menjadi 6,75%.
Adapun, Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif dan berpotensi ditutup melemah di kisaran Rp15.800-Rp15.870 pada besok, Jumat (20/10/2023).