Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat hari ini akan dipengaruhi oleh eskalasi konflik antara Israel dan Palestina.
Adapun rupiah ditutup menguat ke level Rp15.682 pada perdagangan pekan lalu, Jumat (13/10/2023). Rupiah menguat di tengah pelemahan dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,11% ke Rp15.682 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,25% ke 106,33.
Bersamaan dengan rupiah, yen Jepang naik 0,07%, dolar Hong Kong naik 0,03%, dolar Singapura naik 0,16%, yuan China naik 0,02%, dan baht Thailand 0,12%.
Sementara itu, mata uang lainnya di kawasan Asia ditutup melemah dengan won Korea Selatan turun 0,87%, rupee India turun 0,02%, dan ringgit Malaysia turun 0,39%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup menguat di rentang Rp15.650-Rp15.730 pada perdagangan hari ini, Senin (15/10/2023).
Baca Juga
Sentimen nilai tukar datang dari harga konsumen AS yang tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada bulan September. Data ini berpotensi mempersulit keputusan kebijakan Federal Reserve mendatang yang bertujuan untuk mengendalikan kenaikan inflasi.
Indeks harga konsumen mencatat kenaikan sebesar 3,7% pada basis tahunan, laju yang sama seperti pada bulan Agustus, dan naik lebih besar dari perkiraan sebesar 0,4% bulan ke bulan. Para ekonom memperkirakan angka sebesar 3,6% dan 0,3%.
Data ini memicu ekspektasi jika Federal Reserve mungkin belum selesai melakukan pengetatan moneter, sehingga meningkatkan dolar, bahkan ketika banyak pejabat menunjuk pada kenaikan imbal hasil Treasury baru-baru ini sebagai pengurangan kebutuhan untuk lebih memperketat kondisi keuangan.
Pasar kini memperhitungkan kemungkinan 40% kenaikan suku bunga pada bulan Desember, dibandingkan dengan peluang 28% sebelum laporan tersebut.
Sementara itu, pembacaan sentimen konsumen Universitas Michigan untuk bulan Oktober akan dirilis pada sesi ini, dan para trader juga akan mempelajari pendapatan dari sejumlah bank besar untuk mendapatkan petunjuk tentang kesehatan perekonomian.
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2023 diproyeksikan masih cukup menjanjikan di tengah sejumlah tantangan global saat ini. Hal itu seperti periode pemulihan pascapandemi China, kenaikan suku bunga The Fed, lemahnya sektor semikonduktor, serta prospek pesimistis perekonomian ASEAN.
Sedangkan perlambatan pada pertumbuhan akan semakin terlihat pada kuartal III/2023 meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya cukup baik.
Namun, Indonesia diprediksi akan tumbuh 5,1% di tahun ini, konsisten dengan tren historis pertumbuhan sebelumnya. Setelah itu, perlambatan ringan ke angka pertumbuhan 4,7% dapat terjadi di tahun depan jika meninjau adanya hambatan eksternal, yaitu dampak pengetatan moneter yang masih berlanjut.
Dolar berada pada posisi terdepan pada hari Senin seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, sementara investor menunggu pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell akhir pekan ini untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunga bank sentral AS.
“Jelas perang bersifat inflasi, mengganggu pertumbuhan dan mengancam aset-aset berisiko,” James Malcolm, kepala strategi FX di UBS di London.