Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan RI bersama Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) akan meluncurkan Bursa CPO besok, Jumat (13/10/2023). Analis melihat Bursa CPO ini memiliki potensi untuk menyalip Bursa Derivatif Malaysia.
Analis Pasar Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong melihat Bursa CPO Indonesia berpotensi bisa jauh lebih besar daripada Bursa Derivatif Malaysia. Sebagaimana diketahui, Bursa Derivatif Malaysia saat ini masih menjadi bursa minyak sawit atau CPO paling likuid di dunia.
"Hal ini mengingat kita produsen CPO yang terbesar di dunia dan jauh lebih besar dari Malaysia," kata Lukman, dihubungi Kamis (12/10/2023).
Dia menjelaskan dengan kehadiran Bursa CPO di Indonesia, eksportir bisa melakukan hedge terhadap produk mereka di saat harga bagus, tanpa perlu memaksa ekspor keluar.
"Dampaknya harga CPO bisa lebih stabil dan tinggi," ujar Lukman.
Senada dengan Lukman, sebelumnya Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan mengatakan Bursa CPO dapat menjadi salah satu katalis positif untuk industri sawit Indonesia. Hal ini terutama dalam segi menjaga stabilitas harga produk CPO di dalam negeri.
Baca Juga
"Mengingat kontribusi ekspor Indonesia terhadap global yang lebih dari 50 persen. Perlu dicatat, pada saat ini, yang masih menjadi acuan harga global CPO global adalah Bursa Malaysia," ujar Darmawan.
Dia berharap pembentukan Bursa CPO ini dapat menjadi salah satu langkah awal yang positif untuk meningkatkan nilai dari produk CPO domestik Indonesia.
Adapun Bappebti telah menunjuk ICDX sebagai penyelenggara pasar fisik CPO. Head of Corporate Communication ICDX Giri Hatmoko mengatakan ICDX akan berkomitmen penuh untuk menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara pasar fisik CPO di Bursa CPO.
"ICDX akan menyampaikan hal-hal teknis terkait mekanisme perdagangan dan lain-lain, saat launching Bursa CPO Indonesia bersama dengan Kementerian Perdagangan dan Bappebti," ucapnya.