Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Masih Bertengger di Level Rp15.699 kala Dolar AS Melesu

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di level Rp15.699 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/10/2023).
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Selasa (5/9/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di level Rp15.699 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/10/2023). Sementara itu, indeks dolar AS melemah, sedangkan mata uang kawasan Asia terpantau bervariasi.

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Kamis, (12/10/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup stagnan di level Rp15.699 alias tidak bergerak dari posisi pembukaan. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau terkoreksi 0,12 persen ke posisi 105,69 pada sore ini.

Sederet mata uang Asia lainnya masih menguat terhadap dolar AS, misalnya yen Jepang menguat 0,05 persen, dolar Singapura naik 0,12 persen, won Korea naik 0,04 persen, peso Filipina menguat 0,16 persen, rupee India naik tipis 0,01 persen, yuan China naik 0,04 persen, dan baht Thailand melesat 0,56 persen.

Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni dolar Hongkong, ringgit Malaysia, dan dolar Taiwan masing-masing melemah tipis 0,01 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, risalah pertemuan terakhir The Fed, yang dirilis pada Rabu, (11/10/2023), menunjukkan bahwa sebagian besar pengambil kebijakan Bank Sentral sepakat untuk menaikkan suku bunga sekali lagi, karena tren inflasi kian jauh di atas target.

Dia mengatakan, minggu-minggu setelah Federal Open Market Committee (FOMC) September 2023, terjadi kenaikan tajam imbal hasil US Treasury yield, dan hal ini disebut oleh sejumlah pejabat Fed sebagai faktor yang memungkinkan mereka mengakhiri siklus kenaikan suku bunga, sehingga merugikan mata uang AS.

Penurunan terbatas pada Kamis, (12/10) setelah angka inflasi produsen AS pada September 2023 lebih kuat dari perkiraan, menciptakan ketegangan menjelang pembacaan harga konsumen di sesi ini. 

"Analis memperkirakan angka utama akan naik 3,6 persen dari tahun lalu dan 0,3 persen untuk bulan ini. Sementara CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan bahan bakar diperkirakan akan naik 4,1 persen dari tahun lalu dan 0,3 persen dari Agustus 2023," ujar Ibrahim dalam riset, Kamis, (12/10/2023).

Di lain sisi, Bank Dunia atau World Bank melihat Indonesia perlu melanjutkan menjaga stabilitas makroekonomi untuk tetap dilirik oleh para investor yang cenderung wait and see menjelang Pemilu 2024.  

Menurutnya, saat ini pun pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) berhasil menjaga inflasi di level yang terkendali, seiring dengan suku bunga acuan yang terus dipertahankan pada level 5,75 persen sejak Januari 2023.

Selain itu, kata Ibrahim, pemerintah  masih optimistis untuk menyerap investasi hingga menuju target Rp1.400 triliun sepanjang 2023. Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sepanjang semester I/2023 mencapai Rp678,7 triliun atau 48,5 persen dari target.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp15.670 hingga Rp15.750," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper