Bisnis.com, JAKARTA – Pecahnya perang Israel vs Hamas membuat investor global menyoroti aset-aset dana yang terkait dengan Israel senilai miliaran dolar Amerika Serikat (AS). Para pengelola dana tengah sibuk mengukur dampak buruk terhadap sektor bisnis yang beroperasi di negara tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, Selasa (10/10/2023), setidaknya ada sekitar US$43 miliar setara Rp677,30 triliun dana yang ditempatkan pada saham dan obligasi terkait pasar Israel yang dikelola secara aktif. Nilai itu pun hanya memperhitungkan dana yang memiliki 70 persen atau lebih eksposurnya di pasar modal Israel.
Di antara produk-produk tersebut adalah iShares MSCI Israel ETF dan ARK Israel Innovative Technology ETF yang terdaftar di AS, keduanya merosot di perdagangan Wall Street pada Senin (9/10/2023).
Saham Israel bersama mata uang shekel dan obligasi lokal anjlok menyusul serangan mendadak oleh Hamas pada akhir pekan lalu. Aset lokal, yang secara tradisional dipandang sebagai tempat yang stabil di Timur Tengah, telah terguncang tahun ini setelah upaya pemerintah untuk melemahkan sistem peradilan dan protes massal yang meresahkan pasar. Kekhawatiran mengenai eskalasi perang menyebar luas.
“Pada akhirnya, perdagangan di pasar modal Israel akan bergantung pada berapa lama konflik berlangsung, namun investor akan meminta sedikit premi risiko untuk berinvestasi di aset-aset Israel untuk sementara waktu,” kata Shane Oliver, kepala strategi investasi dan kepala ekonom di AMP.
Menurut Oliver, pertanyaan berikutnya adalah apakah perang akan memicu babak baru aktivitas teroris yang parah atau tidak, dan kemungkinan potensi Iran terlibat.
Baca Juga
Indeks saham Israel anjlok 6,5 persen pada Minggu, penurunan terbesar dalam lebih dari tiga tahun, sebelum naik tipis di sesi berikutnya. Mata uang shekel melemah ke level terendah sejak tahun 2016 terhadap dolar AS bahkan setelah Bank of Israel melakukan intervensi dengan meluncurkan program senilai US$45 miliar yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempertahankan mata uang tersebut.
Gejolak pasar Israel menyebabkan hari terburuk sejak Maret 2020 bagi dana kelolaan BlackRock sebesar US$132 juta pada Senin. Sementara itu nilai Ark Israel ETF dan VanEck Israel ETF merosot lebih dari 4 persen.
Dengan pabrik-pabrik dan aset-aset fisik lainnya yang terlihat semakin rentan seiring berlarutnya perang, para investor mewaspadai gangguan terhadap aktivitas bisnis serta dampak buruk terhadap pendapatan perusahaan.
Ada lebih dari 100 perusahaan yang berdomisili di Israel yang terdaftar di bursa AS termasuk beberapa perusahaan teknologi, menurut data Bloomberg. Perusahaan keamanan siber Check Point Software Technologies Ltd., Bank Leumi Le-Israel dan pemasok chip Nova Ltd. termasuk di antara perusahaan-perusahaan yang umumnya dimiliki oleh investor asing.
Beberapa pengelola investasi bertekad untuk keluar dari gejolak pasar ini.
“Kami secara aktif meninjau risiko dan eksposur dana tersebut dan akan membuat perubahan yang sesuai jika diperlukan. Peluang mungkin muncul untuk IMF mengingat pergerakan saham yang signifikan selama masa-masa ini,” kata John Gualy, yang ikut mengelola Timothy Plan Israel Common Values Fund.
Aksi jual di pasar Israel ini mungkin akan semakin buruk jika konflik dengan Hamas berubah menjadi perang proksi yang lebih dahsyat yang melibatkan AS dan Iran, sehingga akan berdampak pada pasar dunia. Aset-aset berisiko global telah terhuyung-huyung akibat tingginya biaya pinjaman, kenaikan harga minyak, dan penguatan dolar.
“Jika investor sudah bersikap bearish dan berita negatif datang serta terdapat unsur kejutan, maka hal tersebut berpotensi menimbulkan banyak kerugian,” kata Olivier d’Assier, kepala penelitian terapan Asia Pasifik di Axioma.