Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Keok, Nasdaq dan S&P 500 Catat Pekan Terburuk Sejak Maret 2023

Ketiga indeks saham Wall Street berfluktuasi sepanjang sesi perdagangan namun berakhir di zona merah.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada hari Jumat (22/9/2023), mengakhiri pekan yang penuh gejolak dengan imbal hasil obligasi pemerintah mencapai level tertinggi dalam 16 tahun terakhir dan para investor mencerna revisi prospek hawkish Federal Reserve.

Melansir Reuters, Sabtu (23/9/2023), ketiga indeks saham Wall Street berfluktuasi sepanjang sesi namun berakhir di zona merah. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 106,58 poin atau 0,31 persen ke level 33.963,84.

Sementara itu, indeks S&P 500 melemah 9,94 poin atau 0,23 persen ke 4.320,06 dan Nasdaq Composite turun 12,18 poin atau 0,09 persen ke level 13.211,81.

Di antara 11 sektor utama indeks S&P 500, sektor konsumer diskresioner mengalami penurunan persentase paling tajam, sedangkan sektor teknologi dan energi menguat.

Pada hari Kamis, indeks S&P 500 turun di bawah rata-rata pergerakan 100 hari yang menjadi level support utama untuk pertama kalinya sejak Maret. Kegagalannya untuk menembus di atas level tersebut menunjukkan bahwa indeks masih berada di bawah tekanan ke bawah.

"Minggu ini adalah tentang beberapa pesan the Fed yang bertabrakan dengan para investor ekuitas yang terlalu optimistis," kata kepala manajemen portofolio Horizon Investments Zachary Hill seperti dikutip Reuters.

Imbal hasil obligasi AS turun dari level tertinggi 16 tahun karena investor mengalihkan fokus mereka dari the Fed yang hawkish ke data ekonomi utama selanjutnya.

Investor masih mencerna keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuannya namun memperbarui Ringkasan Proyeksi Ekonomi kuartalannya yang menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlaku lebih lama dari yang diperkirakan.

Pada hari Jumat, pernyataan dari Gubernur the Fed Michelle Bowman mendukung pernyataan FOMC, yang menunjukkan bahwa suku bunga harus naik lebih lanjut dan dipertahankan pada tingkat yang terbatas untuk beberapa waktu untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen.

Manajer portofolio senior Dakota Wealth robert Pavlik mengatakan ada banyak faktor yang berseberangan dengan soft landing perekonomian AS dan hal tersebut adalah sesuatu yang perlu diingatkan oleh The Fed.

”Karena mendorong suku bunga lebih tinggi dapat mendorong kita ke dalam resesi," kata Pavlik.

Di antara saham-saham yang bergerak, Ford Motor Co ditutup naik 1,9 persen setelah serikat pekerja United Auto Workers melaporkan perkembangan positif pembicaraan dengan produsen mobil tersebut.

Sementara itu, Activision Blizzard ditutup menguat 1,7 persen setelah pernyataan regulator antimonopoli Inggris bahwa akuisisi Microsoft Corp senilai US$69 miliar atas perusahaan tersebut telah direstrukturisasi. Hal ini membuka pintu bagi kesepakatan terbesar di industri game.

Volume perdagangan di Wall Street mencapai 9,47 miliar saham, lebih rendah dibandingkan dengan dengan rata-rata selama 20 hari perdagangan terakhir yang mencapai 10,09 miliar saham.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper