Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin dan kripto lainnya cenderung melemah setelah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuan 5,25-5,5 persen.
Mengutip data coinmarketcap, Kamis (21/9/2023) pada 18.00 WIB, harga Bitcoin sebagai kripto dengan kapitalisasi pasar besar turun 1,28 persen dalam 24 jam terakhir ke level US$26.741,46, sedangkan harga Ethereum tergelincir 2,13 persen ke posisi US$1.595,33.
Adapun langkah The Fed mempertahankan suku bunga sudah diperkirakan sebelumnya oleh pasar, dengan kemungkinan 99 persen jeda kenaikan suku bunga sudah terjadi, berdasarkan data dari FedWatch Tool CME Group.
Kendati demikian, The Fed juga menegaskan tetap berhati-hati terhadap masa depan inflasi, dan tidak ada jaminan bahwa kondisi inflasi akan menjadi lebih longgar.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan meskipun ada jeda kenaikan suku bunga, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan dalam pernyataan pasca-kebijakannya bahwa kenaikan suku bunga lagi pada akhir tahun ini masih mungkin terjadi, sehingga jeda kenaikan suku bunga ini belum terlalu membahagiakan untuk para pelaku pasar kripto.
"Aksi harga BTC sempat mengalami kegelisahan ketika keputusan tersebut diambil, namun perlahan tetap stabil. Proyeksi tingkat suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama membebani aset-aset berisiko,” kata Fyqieh dalam risetnya, Kamis (21/9/2023).
Baca Juga
Di sisi lain, keputusan The Fed ini juga mendorong indeks dolar AS berada di atas 105, mendekati level tertinggi dalam enam bulan, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 2 tahun bertahan di atas 5,1 persen dan mendekati level tertinggi dalam 22 tahun.
“Ini membuat tekanan bagi pasar kripto dan Bitcoin untuk melaju dalam jangka pendek," tambahnya.
Pengumuman kebijakan terbaru The Fed secara garis besar dinilai tidak terlalu berdampak pada sentimen di pasar kripto dan Bitcoin.
Menurut Fyqieh, sikap The Fed saat ini menunjukkan suku bunga belum akan turun hingga Januari 2024. Secara eksternal dan makroekonomi, belum ada sentimen yang akan menggangu Bitcoin.
“Selanjutnya Bitcoin mungkin tidak akan mengalami kenaikan yang cepat dan signifikan dalam waktu dekat. Pergerakannya kemungkinan akan tetap lambat, dan likuiditas pasar mungkin akan menurun,” jelasnya.
Hal ini, lanjutnya, berarti altcoin masih memiliki peluang untuk tampil baik, terutama karena para investor mencari peluang investasi yang lebih menarik dalam kondisi suku bunga yang masih tinggi.
Sekalipun kebijakan The Fed mungkin tidak menghancurkan pasar kripto dan Bitcoin, tetapi tetap ada ketidakpastian di masa depan, terutama terkait dengan pengetatan regulasi dampaknya pada aset kripto.
Para pelaku pasar akan tetap waspada dan memantau perkembangan ekonomi dan kebijakan regulasi lainnya untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam berinvestasi dalam kripto dan melihat persetujuan ETF Bitcoin yang diharapkan di
AS pada kuartal mendatang.
Dari sisi analisis teknikal, Bitcoin disebut terjebak di level support terkuatnya, berada di tengah kisaran US$27.000 sekitar Rp415 juta. Bitcoin menembus di bawah EMA 50-day dan 200-day pada Kamis, mengirimkan sinyal harga bearish.
Keputusan suku bunga Fed yang hawkish membebani selera pembeli terhadap aset-aset berisiko. Penembusan di atas EMA 200-day dan 50-day akan mendukung pergerakan BTC ke level resistensi US$28.187 atau sekitar Rp433 juta. Namun, kegagalan untuk menembus di atas EMA akan menyebabkan level dukungan US$26.755 (Rp411 juta).