Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York terperosok ke zona merah pada akhir perdagangan Jumat (15/9/2023) waktu setempat lantaran investor menyoroti dampak pemogokan kerja karyawan yang menimpa produsen mobil di Detroit. Pelaku pasar juga menyaring data-data ekonomi AS sebelum keputusan moneter Federeal Reserve pekan depan.
Berdasarkan data Bloomberg, Sabtu (16/9/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,83 persen atau 288,87 poin ke 34.618,24, S&P 500 anjlok 1,22 persen atau 54,78 poin ke 4.450,32, dan Nasdaq tergelincir 1,56 persen atau 217,72 poin ke 13.708,33.
Saham-saham perusahaan teknologi besar memimpin kerugian pada perdagangan Jumat, dengan raksasa seperti Nvidia Corp. dan Meta Platforms Inc. turun lebih dari 3,5 persen. S&P 500 menghapus kenaikan minggu ini, sedangkan Nasdaq 100 turun hampir 2 persen.
Indeks saham produsen chip merosot karena laporan berita bahwa Semiconductor Manufacturing Co. asal Taiawan telah meminta pemasok utama untuk menunda pengiriman peralatan kelas atas. Saham Ford Motor Co. dan General Motors Co. turun, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS naik.
Pengukur volatilitas pasar saham yang diawasi secara luas di Wall Street, yakni VIX, naik dari level terendah sejak tahun 2020.
Rangkaian transaksi kontrak derivatif yang terkait dengan saham memaksa pedagang untuk mengubah posisi mereka saat ini atau memulai posisi baru. Kali ini, hal tersebut bertepatan dengan penyeimbangan kembali indeks acuan termasuk S&P 500, yang merupakan katalis lain untuk lebih banyak transaksi saham.
Baca Juga
“Kadaluwarsa saham-saham option memaksa orang untuk menyesuaikan posisi mereka, dan ini adalah kedaluwarsa yang sangat kuat yang dapat menambah bahan bakar pergerakan pasar. Hal ini terutama terjadi pada saham-saham investor ritel, di mana perdagangan saham dan opsi bisa sangat tipis.” kata Callie Cox dari eToro.
Kepala Peneliti Investasi Nationwide Mark Hackett berpendapat, dari sudut pandang fundamental, tantangan yang dihadapi pasar tenaga kerja seperti pemogokan United Auto Worker dan penutupan pemerintah yang akan terjadi merupakan dua tantangan terbesar. Hal ini sangat mengkhawatirkan bagi pasar.
“Jika pemogokan meluas, investor akan melihat dampaknya terhadap perekonomian secara luas dan tekanan pada rantai pasokan serta margin keuntungan perusahaan,” katanya.
Ian Lyngen dari BMO Capital Markets menilai meskipun The Fed kemungkinan besar tidak akan menanggapi satu kali pun pemogokan, paradigma keseluruhan pekerja yang menuntut upah lebih tinggi secara terus-menerus menghadirkan dinamika lain yang akan mempertahankan tingkat suku bunga tetap tinggi lebih lama dalam upaya untuk terus memoderasi permintaan tenaga kerja.
Ekspektasi inflasi AS turun ke level terendah dalam lebih dari dua tahun karena konsumen semakin optimistis terhadap prospek perekonomian. Meski begitu, sentimen turun menjadi 67,7 atau di bawah estimasi median dalam survei ekonom Bloomberg.
Aktivitas pabrik di negara bagian New York secara tak terduga meningkat di tengah adanya pesanan baru. Sebelumnya produksi di pabrik-pabrik hampir tidak meningkat pada Agustus, tertahan oleh penurunan produksi kendaraan bermotor.
Perekonomian AS yang tangguh akan mendorong The Fed untuk memperkirakan kenaikan suku bunga sekali lagi pada tahun ini dan mempertahankan tingkat suku bunga tertinggi pada tahun depan lebih lama dari perkiraan sebelumnya, menurut para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg News.